Kalau memang demikian, darimana gerombolan ini masuk? Mengingat bangunan toko cukup konkrit dan padat.
Menurut Yusuf, mereka bisa berasal darimana saja. Dengan tubuh yang hanya berukuran sekitar 3-6 mm ini, tentu lubang yang sangat kecil tidak masalah.
Semut api berjenis omnivora. Mereka selalu berburu makanan untuk beranak-pinak. Yang dicari mereka kebanyakan adalah yang manis, berminyak, dan berprotein tinggi.
Itulah mengapa di lokasi rumah, mereka paling sering ditemukan di daerah dapur, ruang makan, atau tempat pembuangan sampah.
Dalam kasus di toko, Yusuf menjelaskan bahwa semut api ini terpancing lewat remah makanan sisa yang terjatuh di lantai.
Pandangan mataku langsung tertuju ke Mas Ledi, stafku yang kemayu. Ia adalah tersangka utama karena paling sering ngemil di toko.
Untungnya, penjelasan selanjutnya dari Yusuf menyelamatkan Mas Ledy dari amukanku; Seringkali kelembaban suatu tempat juga bisa menjadi daya tarik bagi koloni merah tersebut.
Mereka membutuhkan kelembaban tertentu untuk bertahan hidup. Atap atau rongga rumah bisa menjadi pilihan. Di toko, area rak produk coklat adalah yang memiliki pendingin ruangan. Penjelasan Yusuf cukup masuk akal.
Semut-semut api ini juga tertarik pada daerah cucian kotor. Tersebab aroma keringat seseorang bisa menarik perhatian mereka. Pakaian yang masih berkeringat, khususnya setelah olahraga ternyata dapat juga memancing kehadiran.
Yusuf lanjut menjelaskan. Menurutnya, jika dibiarkan biasanya semut ini akan pergi dengan sendirinya setelah sisa-sisa makanan dibersihkan.
Tapi, jika ingin cepat, jangan melakukannya secara serampangan, seperti menyemprot obat anti serangga. Kesalahan penanganan bisa membuat mereka justru menjadi lebih agresif.