Sudah 29 tahun berlalu sejak tahun 1992. Namun, euforia The Dream Team NBA masih melekat jelas dalam benakku.
Pada saat itu, saya masih berstatus mahasiswa di Amerika Serikat. Menjalani tahun kedua di AS, NBA adalah sebuah hiburan di tengah kejenuhan aktivitas kuliah.
Saya masih ingat jelas awal-awal menonton pertandingan ini di televisi bersama para senior mahasiswa Indonesia lainnya. Mereka memperkenalkanku dengan sosok legendaris seperti Michael Jordan, Magic Johnson, hingga Larry Bird
Dari sanalah semuanya berawal. Aku yang tinggal di Seattle pun memiliki klub andalan, Seattle Supersonics namanya.
Pertandingan demi pertandingan kutonton tanpa henti. Berbagai pernak-pernik pun aku beli.
Pengalaman yang paling menggetarkan adalah ketika menonton pertandingan Supersonics melawan Washington Bullets pada tahun 1991.
Suasana Seattle Center Coliseum begitu riuhnya, sehingga 4 babak (quarter) permainan terasa berlalu begitu cepat. Sangat berbeda dengan menontonnya lewat siaran televisi.
Menjadi pencinta NBA dadakan betul-betul membuat diriku gila. Terlebih setelah ada pengumuman bahwa Olimpiade Bercelona 1992 mengizinkan pemain basket profesional berlaga di sana.
Hanya satu kekecewaanku kala itu, Shawn Kemp dan Gary Payton, pemain andalan Seattle Supersonics tidak terpilih. Namun, euforia The Dream Team dengan cepat membuatku legowo.
Poster dan pernak Pernik berseliweran dimana-mana. Mulai dari gelas Mc. Donald's hingga kartu koleksi berisikan gambar pemain NBA, semuanya aku koleksi.
Mau tahu siapa saja skuad The Dream Team? Mari kita kembali ke masa 29 tahun lalu