Menyalahkan Tuhan atas segala kemalangan yang tidak bisa terjawab, terasa tidak elok. Toh, pada akhirnya, meminta ampun adalah jalan yang paling ampuh.
Jika Tuhan tidak bisa disalahkan, maka lebih mudah menyalahkan sekelompok orang yang seolah-olah sedang bersekongkol membuat hidup ini lebih kacau. Semuanya akan masuk dengan lancar dalam proses kognitif.
Para ahli mengatakan ada tiga alasan besar bagi seseorang untuk mempercayai teori konspirasi;
Alasan Epistemik;Â mengacu kepada keinginan manusia untuk mendapatkan kepastian di tengah kekacauan.
Alasan Eksistensial; mengacu kepada keinginan manusia untuk mendapatkan ketenangan di tengah kecemasan.
Alasan Sosial; mengacu kepada kebiasaan manusia untuk melempar kesalahan kepada orang lain.
Nah, ketiga alasan ini seharusnya sudah cukup menjelaskan mengapa Teori Konspirasi tidak akan pernah habis.
Para Penelur Teori Konspirasi
Jelas, pandemi adalah ketidakpastian. Agar tenang, jawaban pasti dibutuhkan. Jika penjelasan resmi dianggap tidak cukup, teori konspirasi pun bisa sangat berarti.Â
Kendati jawaban yang disodorkan oleh sebuah Teori Konspirasi tidak terbukti, tetapi ia sudah cukup untuk membuat seseorang seolah-olah mampu mengontrol keadaan.
Dalam ketidaknyamanan, manusia juga cenderung mencari kambing hitam. Itu adalah hal yang paling sederhana agar terasa nyaman.
Sangat mudah untuk mencari benang merah antara kejadian sejarah, kondisi saat ini, dengan legenda-legenda yang beredar.