**
Tidak ada yang salah dengan si bungsu dan si sulung. Dua-duanya hidup berbahagia dengan perspektif berbeda.
Si sulung baik-baik saja. Ia tidak hidup dalam kesusahan, dan bahagia di rumah sederhananya. Sementara si bungsu juga hidup bahagia. Mampu menjadi orang kaya yang dirintis dari ketiadaannya.
Apapun pilihan Anda, tentunya kisah ini bisa menjadi pelajaran.
Si sulung membenci orang kaya. Itu yang mungkin membuatnya puas dengan hidup seadanya. Sementara si bungsu mengidolakan orang kaya. Ia pun akhirnya menjadi salah satunya.
Kisah ini membuktikan hasil penelitian dari Farnoosh Torabi, seorang pakar keuangan ternama dan Brad Klontz, seorang ahli psikolog keuangan.
Menurut mereka, jika seorang tidak suka dengan orang kaya, maka itu akan mengecilkan kesempatannya menjadi kaya.
Artinya, jika seseorang menganggap bahwa orang kaya itu jahat, maka ia sedang menciptakan dirinya agar tidak menjadi seperti itu.Â
Sikap seperti ini tanpa disadari akan berubah menjadi virus yang membatasi kemampuan seseorang untuk mengumpulkan kekayaan.
**
Kisah Heru dan Herman adalah kenyataan sehari-hari. Orang kaya mungkin bisa semena-mena, tapi janganlah digenarilisir.