Mohon tunggu...
Acek Rudy
Acek Rudy Mohon Tunggu... Konsultan - Palu Gada

Entrepreneur, Certified Public Speaker, Blogger, Author, Numerologist. Mua-muanya Dah.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Ang Tiauw Bie, Pejuang dan Konglomerat di Era Revolusi Kemerdekaan

29 Juni 2021   07:47 Diperbarui: 29 Juni 2021   07:53 820
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ang Tiauw Bie, Pejuang dan Konglomerat di Era Revolusi Kemerdekaan (boombastis.com)

Ia adalah pendatang dari Tiongkok. Mengadu nasib ke Nusantara, mencoba peruntungan. Kendati berstatus sebagai pendatang, rasa cintanya kepada Indonesia tidaklah sedikit.

Ang Tiauw Bie namanya. Seorang pengusaha sukses yang membantu perjuangan Indonesia. Kendati harus menjalani praktik bisnis kotor, kisah heroiknya akan selalu dikenang sepanjang masa.

Awalnya Ang adalah pemuda miskin yang tidak bisa bersekolah. Untuk menyambung hidup, ia bekerja sebagai penjaga kebun kelapa.

Namun, Ang adalah pemuda cerdas. Ia belajar banyak hal dengan cepat, terutama dari pamannya Ang Sioe Tjwan yang mengajarinya berdagang kopra.

Di tahun 1930an, Ang telah menjadi pengusaha. Ia memiliki pabrik minyak kelapa dan juga sabun. Sukses besar diraihnya dalam tempo yang singkat.

Selain sebagai pengusaha, Ang juga belajar banyak hal secara otodidak. Ia termasuk pengusaha Tionghoa yang fasih berbahasa Indonesia di masanya.

Hal inilah yang membuat dirinya banyak berkenalan dengan tokoh pejuang nasional, seperti Soekarno, Bung Hatta, dan Sultan Hamengkubuwono IX. Kesuksesan bisnisnya membuat ia sanggup membeli dua kapal laut.

Jiwa nasionalismenya ditunjukkan dengan pemberian nama pada kedua kapalnya. Sri Menanti dan Sri Nona adalah nama yang tersemat pada kapal milik Ang Tiauw Bie.

Sesuai namanya, kapal-kapal ini memiliki dua fungsi. Mengangkut hasil bumi dari Pulau Jawa ke Singapura. Dalam perjalanan pulang, ia menyelundupkan senjata bagi keperluan tentara Indonesia.

Adalah Laksamana John Lie, yang turut andil dalam aksi penyelundupan ini. John Lie adalah pejuang nasional etnis tionghoa yang pertama kali mendapat gelar sebagai pahlawan nasional. Namanya juga diabadikan dalam sebuah kapal perang milik AL TNI.

Ang sangat mahir dalam penyelundupan. Koneksinya luas, dan bekingannya kuat. Saking hebatnya, sehingga namanya pun disegani.

Bahkan keluarganya pun terlibat banyak aksi operasi penyelundupan yang tersebar di Jakarta, Palembang, dan Lampung. Semuanya untuk keperluan perlawanan melawan penjajah.

Ho Hap adalah organisasi sosial yang memberikan perhatian besar bagi kesejahteraan etnis China di Nusantara. Dalam organisasi ini, nama Ang adalah sosok yang dihormati. Ia identik dengan sebutan Lao Ta, alias Big Brother, alias Kakak Besar.

Ang tidak pernah menyukai penjajah Belanda, tapi ia mampu menutupinya dengan bersikap "biasa-biasa" saja. Pun sewaktu Jepang menduduki Indonesia, dengan lihainya Ang dapat menjaga hubungan, sehingga pemerintah Jepang juga tidak memusuhinya.

Pada tahun 1942, pabriknya dibakar oleh tentara Jepang. Namun, hanya dalam waktu setahun, Ang dapat membangunnya kembali dengan kapasitas yang lebih besar.

Ia bahkan membuka kebun kopi dan kelapa di daerah Lampung. Ang tidak cari mati. Ia tidak memusuhi Jepang. Ia berhasil merangkul Gunseinkanbu (pemerintah militer Jepang) dan menggantikan nama pabrik minyak kelapanya menjadi Yamato.

Dengan segala kecerdikan dan insting bisnis yang Ang miliki, ia menjadi pengusaha besar dan juga pejuang kemerdekaan di belakang layar.

Pada tahun 1958, Ang Tiauw Bie dianugrahi penghargaan Satyalencana Persiapan Kemerdekaan I dan II. Ia juga mendapat anugrah Satyalencana Gerakan Operasi Militer III dan IV pada tahun 1959. Semuanya atas jasa penyelundupan senjata untuk para pejuang kemerdekaan.

Tak hanya itu, Soekarno secara pribadi juga memberikannya nama Anggakusuma pada 15 Januari 1960. Surat Keputusan Presiden pada tahun 1963 juga memberi Ang pengakuan sebagai veteran Republik Indonesia.

Setelah republik ini mendapatkan kedaulatannya, perusaahan Ang Tiauw Bie semakin Berjaya. Firma dagangnya berubah menjadi PT. Naga Intan, sukses berkiprah di berbagai jenis usaha.

Mulai dari pedagangan hasil bumi, pergudangan, farmasi, apotik, pabrik obat, hingga perusahaan pelayaran. Di bidang pelayaran ini, Ang bahkan mendapat penghargaan sebagai tokoh pelayaran oleh pemerintah Provinsi Lampung.

Di bidang sosial, Ang juga dikenal sebagai dermawan. Ia adalah filantrofis yang rela berbagi melalui Yayasan sosial Ho Hap dan Hok Kian Hwee Koan (Perkumpulan Sosial Dharma Bakti).

Ang Tiauw Bie wafat pada 10 September 1971. Jasadnya dimakamkan di Kebon Nanas, Jatinegara, Jakarta Timur.

Banyak kisah tersembunyi dalam sejarah Indonesia, banyak kisah heroik yang belum terungkap, banyak tokoh asing di telinga para generasi muda. Ang Tiauw Bie salah satu diantaranya.

Meski ia adalah seorang pengusaha sukses, ia tak mencari aman. Hidupnya tidak tenang sebelum Indonesia merdeka. Rasa cintanya pada bangsa dan negara tidak akan pernah lenyap.

Referensi: 1 2

SalamAngka

Rudy Gunawan, B.A., CPS

Numerolog Pertama di Indonesia -- versi Rekor MURI

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun