Namanya Irma Ilse Ida Greese. Usianya kala itu 19 tahun. Kegemarannya menyiksa orang. Pekerjaannya; pengawas kamp konsentrasi NAZI.
Dalam sejarah holocaust, perannya tidak kecil. Paras cantik dan tampil menarik tidak membuatnya serta merta menjadi sosok yang patut dicintai.
Irma mungkin memiliki takdir yang sesat. Ia terlahir dari sebuah keluarga yang fanatik terhadap ideologi Hitler. Membangun ras Arya yang kuat, bak pohon besar dalam hutan yang lebat.
Ayahnya memiliki andil yang besar dalam pola pemikiran Irma. Sejak usia dini ia telah dijejali dengan ideologi Hitler. Alfred Grese adalah seorang anggota partai NAZI.
Namun, adalah ibunya yang menjadi pencetus jalan hidup yang ditempuh Irma. Saat Irma masih berusia 12 tahun, ibunya tidak bisa menerima perselingkuhan suaminya.
Berta Grese akhirnya bunuh diri dengan meminum sebotol racun klorida. Tepat di hadapan suami dan anaknya, Irma. Masalah traumatik ini yang mungkin membentuk pribadinya sebagai seorang monster kelak.
Namun, Irma tidak berbakat sebagai perawat. Ia lalu dipindahkan ke kamp konsentrasi Ravensbruck di Jerman Utara, menjadi SS-Aufseherin atau pengawas kamp. Di sanalah Irma menemukan jati dirinya dan memulai petualangannya yang mengerikan.
Dengan cepat Irma naik jabatan. Berawal sebagai operator telpon, ia berubah menjadi penjaga wanita yang paling ditakuti. Tindakannya kejam dan tak berperikemanusiaan. Melebihi tugas utamanya sebagai pengawas.
Rupanya Irma mendapatkan semacam kesenangan saat melakukan tindakan sadis. Ia senang melihat tahanannya menderita di atas kekuasaannya. Di Ravensbruck, Irma bertugas selama 7 bulan.
Karirnya semakin moncer ketika ia ditugaskan ke kamp konsentrasi yang lebih besar, Auschwitz. Di sini Irma semakin berjaya.
Melampiaskan kebenciaanya atas hal yang ia sukai. Olga Lengyel, seorang tahanan di Auschwitz malah menjulukinya sebagai Wanita Bercambuk, dikutip dari buku karya Daniel Brown, The Beautiful Beast (2004).
Mempermainkan mental tahanan juga menjadi hobinya. Seperti menyediakan sepiring makanan bagi mereka yang kelaparan di hadapan seekor anjing buas.
Kabar miring tentang Irma juga beredar. Konon ia merasa sangat cantik dan berkuasa dengan seragam SS yang dikenakannya. Pilihan tahanan wanita yang akan dieksekusi adalah mereka yang tampak lebih cantik dari dirinya.
Irma akhirnya diadili pada tahun 1945. Ia merupakan wanita termuda yang dihukum mati akibat kekejaman Holocaust. Namun, Irma tidak pernah menyesali perbuatannya.
Sebelum dihukum mati, Irma masih bersikap provokatif. Ia mengucapkan kata-kata terakhirnya dengan penuh keangkuhan, "ayolah cepat (bunuh aku)."
Irma Greese hanya salah satu contoh bagaimana wanita Jerman juga terlibat dalam aksi sadis NAZI di era Perang Dunia II.
Siapa yang tidak tertarik? Gaji besar, penginapan gratis, dan juga makanan dan pakaian yang layak. Belum lagi sebuah bonus. Seragam SS yang terhormat bagi kaum perempuan.
Situs militer yang dimaksudkan adalah kamp konsentrasi NAZI yang tersebar di beberapa tempat.
Ravenbruck adalah kamp konsentrasi khusus wanita. Di sanalah para perempuan NAZI paling banyak ditempatkan. Bagi SS wanita, tempat tersebut adalah surga.
Ada 8 vila indah dengan jendela kayu dan balkon. Para penghuninya tinggal di sana. Kadang beserta anak-anak mereka. Dari atas balkon, pemandangan indah terhampar. Hutan dan danau yang indah.
Namun, dari jendela kamar mereka juga bisa melihat cerobong asap yang mengepul dari kamar gas. Ruang hukuman mati bagi ratusan ribu orang tahanan.
Tempat yang kini menjadi museum itu, masih memajang foto para wanita SS. Mereka tampil cantik dan modis. Ada yang masih berusia sangat muda, cantik seperti Irma Greese, ada pula yang wajahnya masih sangat polos.
Ada juga yang tersenyum sambil berjalan membawa anjing-anjing NAZI yang buas. Anjing-anjing itu adalah jenis Alsatian. Jenis yang sama digunakan untuk menyiksa para tahanan di kamp konsentrasi.
Mungkin mereka memang bahagia. Tersebab indoktrinasi NAZI telah masuk ke dalam kepala mereka. Apa yang mereka lakukan adalah untuk negara. Memberi pelajaran kepada musuh-musuh Hitler.
Bagi para wanita yang ingin bekerja di masa itu, tidak terlalu banyak pilihan yang ada. Dengan ekonomi negara yang tidak terlalu bagus, memiliki pekerjaan adalah suatu hal yang eksklusif.
Apalagi memiliki pekerjaan sebagai agen NAZI yang berkuasa. Menjadi pengawas di kamp konsentrasi jelas lebih bergengsi daripada menjadi buruh pabrik.
Kebanyakan dari mereka juga percaya dengan ideologi Hitler, sehingga pekerjaan ini menambah kepuasaan. Menjadi orang yang berbakti kepada negara.
"Mereka suka bekerja di sana mungkin karena merasa kuat atas kekuasaan terhadap para tahanan. Beberapa tahanan diperlakukan dengan sangat buruk," pungkas Selma.
Di kamp Ravensbruck ini, 120.000 lebih tahanan wanita dari seluruh Eropa pernah berada di sini. Tercatat sekitar 30.000 nyawa melayang atas siksaan, hukuman mati, penyakit, kerja paksa, atau dibiarkan kelaparan.
Para tahanan bukan hanya dari kaum Yahudi saja. Ada pula tahanan politik, mata-mata musuh, pejuang perlawanan, hingga yang dianggap perempuan "tak layak" oleh Hitler, seperti tuna wisma, kaum lesbian, dan para prostitusi.
Para penyintas kamp memberi bermacam-macam julukan kepada para pengawas wanita. Mulai dari "Bloody Brygyda, Revolver Anna," serta "Beautiful Beast" yang tersemat pada Irma Greese.
Irma Greese dihukum mati atas kesalahannya. Namun, ia hanya salah satu dari 77 anggota SS wanita yang diadili. Ribuan sisanya lari entah kemana. Sebagian mengganti nama dan hidup tenang bersama suaminya. Sebagian lagi berani tampil dan mengklaim jika dirinya dieksploitasi.
"Jika saya tidak bekerja di sana, saya sendiri yang akan dijebloskan ke dalamnya," ujar Herta.
Alasan yang paling umum dinyatakan oleh mantan SS wanita. Namun, ada juga yang mengatakan jika hal itu tidak benar.
Catatan menunjukkan bahwa kamp Ravensbruck masih terus melakukan rekrutan baru untuk mengganti mereka yang mengundurkan diri atau dipecat. Tidak ada konsekuensi hukum bagi mereka yang tidak bertahan lama di sana.
Wanita SS dalam kisah fiksi selalu digambarkan sebagai perempuan kejam yang suka menyiksa. Namun, selalu ada sisi feminin yang disertakan. Salah satu penggambaran yang paling terkenal adalah melalui novel Jerman, The Reader, dan menjadi film yang dibintangi oleh Kate Winslet.
Secara singkat, mantan wanita SS selalu digambakan dari dua sisi yang berbeda. Sebagai wanita yang dieksploitasi, dan sebagai monster betina yang jahat.
Benarkah seorang wanita bisa menjadi wanita yang lemah dan ibu yang kejam sekaligus?
SalamAngka
Rudy Gunawan, B.A., CPS
Numerolog Pertama di Indonesia -- versi Rekor MURI
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H