Eddy Tansil tidak saja hanya meninggalkan jejak di Indonesia. Aksi penggelapan dana perbankan masih berlanjut hingga ke China.
Seyogyanya ia bisa hidup tenang. Di China ia menjadi pengusaha besar.
Baca juga:Â Kiprah Eddy Tansil, Kisruh di Indonesia, Rusuh di China.
Investasinya mencapai ratusan juta dollar Amerika. Puluhan pabrik ia bangun. Menjadikannya pengusaha yang patut diperhitungkan di sana.
Investasi pabrik bir di Putian, China telah mengubah wajah kota tersebut. Di kota kelahiran leluhurnya itu, ia mendapat gelar dahsyat; Raja Bir dari Fujian (Hokkian).
Sayangnya, nasib baik tak selamanya bersama. Hanya bertahan beberapa saat. Di tahun 2007, seluruh asset pabriknya harus disita dan dilelang oleh negara.
Baca juga:Â Jejak Keluarga Tansil, Cek Kosong hingga Keberadaan Eddy Tansil
Selain pabrik bir, Eddy juga membangun pabrik botol kaca di kota Putian. Pabrik ini selaras dengan produksi birnya. Dibuat untuk saling mendukung.
Pemerintah setempat menyambut hangat rencananya. Tanggal 28 September 1986, peletakan batu pertamanya dihadiri oleh Jia Qinlin. Orang nomor satu di Fujian.
Dana investasi untuk pembangunan pabrik ini mencapai 150 juta dollar AS. Atau setara dengan 600 miliar Rupiah uang sekarang.
Pada tahun 1990an, pabrik botol kaca ini menjadi yang terbesar di China. Produksinya hingga ke mancanegara. Memenuhi permintaan merek bir terkenal di seluruh dunia.
Sama seperti pabrik birnya. Pabrik kaca Eddy Tansil juga kena sita. Diambil alih oleh Fujian Great Wall Huaxing Glass Co., Ltd.
Setelah pabrik lama disita, Eddy Tansil masih berkeinginan membuat pabrik baru. Kota Xingyang di Provinsi Henan menjadi targetnya.
Media ramai memberitakan. Konon investasinya mencapai 90 juta RMB. Sumbernya dari bank milik pemerintah daerah. Xingyang Bank dan Xingyang Construction Bank.
Tapi, kelanjutannya masih misterius. Bahkan ada yang mengatakan rencana pembangunan pabrik kaca beralih ke Fucheng. Di kabupaten Hengshui, provinsi Hebei.
Konon di tempat ini, Eddy berkongsi dengan pemerintah daerah. Kapasitasnya bisa mencapai 160.000 ton per tahun. Kabar tersebut sekaligus mendeteksi keberadaan Eddy Tansil di China. Tepatnya pada 27 September 2008.
Kendati demikian, dilansir dari sumber (tirto.id), rencana tersebut hanya tinggal wacana. Tidak ada berita lebih lanjut lagi mengenai keberadaan pabrik kaca di kedua tempat tersebut.
Keberadaan Eddy Tansil terakhir melibatkan kiprah Rudy Kurniawan, kemenankannya. Kisah yang melibatkan penipuan wine oleh Rudy tersebut, pernah diangkat sebagai film dokumenter. Judulnya Sour Grapes. Bisa diunduh sekarang.
Baca juga: Rudy Kurniawan, Pemalsu Wine Internasional, Ponakan Eddy Tansil
Walaupun tidak ada bukti pendukung, dalam film tersebut disebutkan adanya campur tangan Eddy Tansil di tahun 2008.
Apakah Eddy Tansil masih bisa selihai tatkala ia berada di Indonesia? Atau sebenarnya ia telah hilang tertelan bumi di daratan China? Walahuallam.
SalamAngka
Rudy Gunawan, B.A., CPS
Numerolog Pertama di Indonesia -- versi Rekor MURI
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H