Kenyataannya, keragamaan itu ada. Lagipula, agama Buddha tidak pernah mempermasalahkan perbedaan agama.
Menjadi umat Buddha yang baik, tidak membutuhkan casing untuk dipamerkan. Sepanjang seseorang mampu menjaga empat sifat luhur, yaitu Metta (cinta kasih), Karuna (Kasih Sayang), Mudita Cita (Empati dan Simpati), serta Upekkha (Keseimbangan Batin), maka dengan sendirinya ia telah menjalankan praktik Dhamma yang baik.
Baca juga:Â Mengapa Umat Buddha Tidak Membunuh Nyamuk?
Toh, pada akhirnya agama adalah pilihan. Selama Anda mampu mempraktekkan ajaran tersebut dengan baik, maka itu adalah baik adanya.
Jika semua baik adanya, untuk apa mempermasalahkannya lagi. Daripada ribut-ribut, hidup toleransi dalam kebersamaan adalah hal yang lebih sederhana.
Kutipan dari Prasasti Batu Kalingga No. XXII Raja Asoka yang memeluk agama Buddha pada abad ketiga sebelum masehi, mewakili hal ini;
"Barangsiapa menghina agama orang lain, dengan maksud menjatuhkan agama orang lain, berarti ia telah menghancurkan agamanya sendiri"
Semoga cahaya Waisak menyertai Anda sekeluarga. Mengalahkan amarah dan benci dengan mengembangkan Metta dan Karuna. Selamat Hari Raya Waisak.
SalamAngka
Rudy Gunawan, B.A., CPS