Cinta memang buta, terlebih jodoh. Makanya mak comblang dibutuhkan. Masalah ini sudah merasuki manusia sejak beraba-abad lamanya.
Dalam setiap budaya, mak comblang kerap memiliki posisi yang terhormat. Katakanlah nakodo dalam budaya Jepang, atau Meiren dalam tradisi China.
Mereka adalah seseorang yang memiliki kapabiltas dan juga reputasi untuk mempersatukan dua insan. Namun, apakah yang terjadi jika reputasi ini ternyata dimiliki oleh sebuah pohon?
Pohon ini tumbuh di Hutan Dodauer, Estin, yang berjarak 100 km dari kota Hamburg. Setiap harinya, pohon ek tua ini harus menampung paling kurang 40 surat cinta.
Saking banyaknya sehingga kantor pos Jerman pun memberikan alamat dan kode pos baginya.Â
Surat yang dikirim tiada lain berasal dari para jomlo. Mereka berharap suatu hari, seseorang akan membacanya dan membalasnya. Popularitas pohon ini sudah menyebar ke seluruh Jerman, bahkan seantero dunia.
**
Kisah dimulai lebih dari satu abad yang lalu. Di tahun 1890, dua orang muda-mudi bernama Minna dan Wilhem saling jatuh cinta.
Sayangnya, hubungan mereka tidak direstui oleh kedua orangtuanya. Agar cinta tak bersemi, kedua muda-mudi ini dilarang untuk saling ketemu. Jadilah mereka menjadikan The Bridgeroom's Oak sebagai ajang untuk melepas rindu.
Surat cinta dibuat dan diselipkan di pohon ek tersebut. Balas membalas terus berlangsung hingga setahun lamanya. Sampai akhirnya ayah Minna memergoki aksi mereka.