Ia bisa saja menjadi pahlawan revolusi yang ke-8, jika tetangganya Kolonel dr. Sulaiman tak berbohong.
Tanggal 30 September 1965, puluhan anggota Tjakrabirawa nyasar ke rumahnya untuk mencari Jenderal Moersjid.
"Jenderal Moersjid sedang ke Kalimantan," ujar dokter Sulaiman setelah merasa adanya keanehan dengan penjemputan tersebut.
Keesokan harinya barulah dokter Sulaiman berkunjung ke rumah Jenderal Moersjid dan menceritakan kejadian semalam. Kisah ini juga yang menjawab spekulasi mengapa Moersjid tidak masuk dalam daftar perwira tinggi yang diculik oleh PKI.
Kala itu, jabatan Moersjid cukup tinggi. Besar sebagai tentara dengan pengalaman tempur yang mumpuni, jabatan terakhirnya di masa pemerintahan Soekarno adalah Deputi I Bidang Operasi Menpangad.
Bisa dikatakan Moersjid adalah orang nomor dua setelah Jenderal Ahmad Yani di jajaran Angkatan Darat. Sebelum penculikan para Jenderal terjadi, sempat terbersit kabar bahwa Soekarno ingin mengangkat Moersjid sebagai Menpangad menggantikan Ahmad Yani.
Kondisi genting di tahun 1965 menyebabkan hubungan Soekarno dan Ahmad Yani merenggang. Soekarno memerintahkan Ahmad Yani untuk datang menemuinya, tapi semua itu tak pernah terjadi. Ahmad Yani telah gugur bersama enam pahlawan revolusi lainnya.Â
Baca juga: Ahmad Yani Mungkin Presiden RI, Jika Soekarno Tak Pernah Mengungkapkan Keinginannya
Saat Kolonel Sulaiman masih berada di rumah Moersjid, datang seorang perwira yang membawa pesan dari Soekarno. Isinya adalah perintah bagi Moersjid untuk segera menghadap Presiden.
Namun, begitu mendekati kawasan Istana, segerombolan pasukan tanpa identitas mencegat mobil Moersjid. Sang Jenderal turun dari mobil dan menampar komandan pasukan peleton tersebut. Untungnya ia tidak ditembak.