Kita senang mencari masalah meskipun masalah sudah tidak lagi ada.
Riset psikologi kognitif menyatakan bahwa perilaku ini adalah konsekuensi dasar otak kita memproses informasi.
Perbandingan Relatif dan Absolut
Ketika diriku mencatat Ani yang kedapatan merenung sebagai "masalah" dalam kelas, aku membandingkannya secara relatif dengan kawan-kawan yang takut dimarahi guru killer.
Diriku tidak membandingkan dengan betapa badungnya si Budi ketika ia belum dijinakkan. Saya bahkan lupa jika si Ani adalah juara kelas.
Survei mengatakan bahwa otak kita lebih senang melakukan perbandingan relatif dibandingkan dengan membandingkannya dengan situasi absolut yang sudah lewat. Konon, energinya lebih berkurang.
Manusia memiliki memori masa lalu. Itu akan menjadi sebuah beban bagi otak jika harus diunduh kembali. Kondisi sekarang lebih mudah diproses. Melihat kenyataan dan membandingkannya dengan kondisi terkini.
Concept Creep dan Moving Post Goal
Konsep perbandingan relatif terkadang sangat bermanfaat. Dalam kasus yang dikisahkan Watanabe, mungkin saja televisi di Jepang akan bangkrut jika tidak pernah menayangkan breaking news daleman. Tersebab menunggu aksi penembakan di jalanan mungkin tidak pernah terjadi.
Namun, dalam kasus diriku sebagai ketua kelas, konsep perbandingan relatif seolah-olah membuat diri kita tidak pernah tenang. Tidak pernah menghargai kesuksesan atau bersyukur dengan keadaan.
Manusia tidak pernah puas dalam segala hal. Orang kaya selalu memikirkan uang, orang sehat selalu mengkhwatirkan kesehatan, dan seorang istri akan selalu mencurigai suaminya berselingkuh.
Hal ini disebut dengan concept creep (pergeseran konsep) dan moving post goal (mengganti peraturan).
Ternyata hal ini bukan hanya konsep psikologis saja, tapi juga biologis
Tidak ada bedanya dengan hewan, manusia dirancang untuk bertahan hidup dan berkembang biak. Manusia tidak dianjurkan untuk merasa puas, dan itu adalah naluri.