Mohon tunggu...
Acek Rudy
Acek Rudy Mohon Tunggu... Konsultan - Palu Gada

Entrepreneur, Certified Public Speaker, Blogger, Author, Numerologist. Mua-muanya Dah.

Selanjutnya

Tutup

Hukum Pilihan

Robby Tjahjadi, Penyelundup Mobil Mewah yang Melengserkan Kapolri Hoegeng

6 Mei 2021   05:53 Diperbarui: 6 Mei 2021   06:04 18837
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Robby Tjahjadi, Penyelundup Mobil Mewah yang Melengserkan Kapolri Hoegeng (djawanews.com - bombastis.com)

Awal tahun 70an, Indonesia sedang mengalami masa transisi. Fokus negara beralih di tangan Soeharto. Pembangunan dan ekonomi dikumandangkan untuk kesejahteraan bangsa Indonesia.

Tidak banyak yang memiliki mobil pada zaman itu. Apalagi sejenis mobil mewah eropa. Om Kornel (nama samaran), teman ayah penulis adalah salah satu di antaranya.

Ia memiliki mobil merek F*** yang pada masa itu termasuk yang kesohor. Di impor dari luar negeri. Harganya relatif murah bagi kocek Om Kornel yang termasuk tajir di masanya.

Dari situlah aku mengenal istilah "mobil diplomat," dan sepak terjang Robby Tjahjadi dari cerita ayah.

Hebatnya lagi, kisah tersebut masih terus berlanjut hingga tahun 90an, pada saat penulis sudah duduk di bangku kuliah. Sangat legendaris!

Robby Tjahjadi adalah seorang pria sederhana. Lulus dari sebuah SMA swasta di Surakarta pada tahun 1964, sudah termasuk golongan pendidikan tinggi.

Hanya dalam waktu 5 tahun setelah ia hijrah ke Jakarta, aksi Robby sudah bikin Kapolri Jenderal Polisi Hoegeng Iman Santoso dicopot dari jabatannya.

Kerjanya adalah sebagai penyelundup mobil mewah dari luar negeri.

Sebagai negara yang baru berkembang, gaya hidup hedon pernah melanda para penggede Indonesia di era Soeharto. Rumah besar tiada lengkap tanpa kehadiran mobil mewah.

Robby melihat peluang itu. Ratusan mobil berhasil ia selundupkan agar para penggede bisa menghemat uang lebih banyak untuk mendukung gaya hidup flamboyan mereka.

Ada permintaan, ada supplai. Tidak heran jika aksi Robby mendapat dukungan dari para petinggi negara. Konon dari hasil "jualannya," Robby hanya mengutip 10% keuntungan saja.

Sisanya dibagi entah kemana, yang pasti bisnisnya aman terjaga.

Dalam autobiografi Hoegeng yang berjudul Hoegeng, Polisi: Idaman dan Kenyataan (1993), mantan Kapolri tersebut menyebutkan kerugian negara mencapi hingga 716 juta. Jumlah yang fantastis di masanya.

Banyak rumor yang beredar terkait awal sepak terjang Robby. Konon ia dulu adalah seorang PNS pernah bertugas di luar negeri. Masa tugasnya adalah dua tahun, tapi baru 16 bulan, Robby telah dipanggil kembali ke Indonesia.

Saat kembali ke Tanah Air, Robby memiliki sebuah mobil yang rencananya akan ia boyong kembali bersamanya. Tapi, karena belum genap masa tugas, maka ia kesulitan. Ia tak memiliki fasilitas yang dimiliki oleh PNS yang telah memenuhi masa tugas lengkapnya.

Akhirnya, dengan kegigihannya, Robby berhasil membujuk atasannya mendapat surat untuk membawa barang pindahan dari luar negeri. Dengan surat izin pengecualian dari atasan,  Robby melihat peluang. Izin bawa pulang sebenarnya hanya sekali saja. Namun, dengan kelihaiannya, ia mampu berimprovisasi.

Robby pun Menyusun komplotannya. Mengelabui Ditjen Bea Cukai, dan membuka jaringan seluas mungkin dengan para pejabat mulai ditempuhnya.

Konon bekingan Robby bukan orang biasa. Dari pejabat tinggi negara di kalangan Bea Cukai, para petinggi polisi, dan militer. Jumlahnya hingga puluhan.

Robby berhasil memanfaatkan kebobrokan mental birokrasi di masa lalu.

Modus operandinya dimulai dengan cara yang ia ajukan. Mendapat pengecualian bagi para PNS yang hendak balik ke Indonesia. Memanfaatkan atau memalsukan paspor diplomatik untuk tujuan busuk.

Robby tahu persis, paspor tersebut berguna untuk memasukkan mobil "bekas" dengan pajak yang rendah. Lama kelamaan, aturan dibuat lebih luas. Mencakup paspor orang Indonesia yang pernah bekerja atau bersekolah di luar negeri.

Kasus Robby mulai mencuat, ketika seorang pejabat penting di bea cukai, bernama Ali Said melakukan hal yang sama. Ali menyelundupkan sekitar 1500 mobil mewah. Namun bekingannya kurang kuat.

Kasus penyelundupan mobil mulai terkuak. Kapolri Hoegeng turun tangan menyelidikinya. Robby diganjar hukuman penjara 10 tahun, yang hanya dijalaninya 2,5 tahun.

Tak berapa lama, Hoegeng diberhentikan pada Oktober tahun 1971. Seiring dengan berkembangnya kasus lain, yakni Pemerkosaan Sum Kuning yang konon melibatkan anak pejabat di Yogyakarta.

Baca juga: Misteri Pemerkosaan Sum Kuning, Titah Presiden hingga Dicopotnya Kapolri

Setelah bebas, Robby semakin Berjaya. Ia menjadi pengusaha tekstil sukses. Di bawah bendera PT. Kanindotex di Semarang. Dalam bisnis ini, ia merangkul sosok elit dari kalangan militer.

Selain itu, di tahun 1980, Robby juga pernah berkiprah di undian berhadiah sosial, yang dikenal dengan nama SDSB (Sumbangan Dana Sosial Berhadiah). 

Robby juga bergerak di bisnis perjudian. Bersama dengan kawannya, Robby Sumampouw, teman SMA nya.

Kedekatannya dengan keluarga cendana juga terlihat. Ia pernah membuka usaha dengan Probosutedjo, adik Soeharto. Mereka membangun City Tower di jalan Husni Thamrin, Jakarta.

Akhir petualangan Robby terhenti di tahun 1994, ketika ia tersandung kasus kredit macet di Bank Pembangunan Indonesia (Bapindo) sebesar 900 miliar rupiah.

Referensi: 1 2 3 4

SalamAngka

Rudy Gunawan, B.A., CPS

Numerolog Pertama di Indonesia -- versi Rekor MURI

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hukum Selengkapnya
Lihat Hukum Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun