Mohon tunggu...
Acek Rudy
Acek Rudy Mohon Tunggu... Konsultan - Palu Gada

Entrepreneur, Certified Public Speaker, Blogger, Author, Numerologist. Mua-muanya Dah.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Sukses Sebelum Usia 30 Tahun, Ini 3 Skandal Bisnis Legendaris Pangeran Cendana

3 Mei 2021   06:21 Diperbarui: 3 Mei 2021   07:16 1261
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sukses Sebelum 30, Ini 3 Skandal Bisnis Legendaris Pangeran Cendana (medan.tribunnews.com)

Tommy Soeharto lagi-lagi jadi viral. Kali ini tentang perusahaannya PT. Humpuss Intermoda Transportasi Tbk (HITS) yang akan jor-joran belanja kapal baru.

Investasi kapal baru sebanyak 6 unit dengan nilai 1,28 triliun rupiah.

Siapa yang tidak kenal Tommy Soeharto? Pria yang tidak lagi muda ini adalah pengusaha yang sukses sejak usia muda.

Mungkin banyak yang miris. Tommy adalah bagian dari era orde baru. Kemudahan itu tentu didapatkannya sebagai sosok pangeran cendana.

Kendati demikian, bisnisnya tak langsung meredup setelah era Soeharto berakhir. Tidak seperti Soedwikatmono atau Bob Hasan yang langsung tiarap setelah Soeharto tidak lagi menjadi presiden.

Tommy Soeharto masih memiliki kontrol yang besar terhadap bisnisnya. Bersama PT. Humpuss yang didirikan sejak tahun 1984, perusahaan ini bergerak di banyak bidang usaha.

Antara lain, sektor pelayaran, pesawat carter, pertambangan, properti, pertanian, distribusi migas dan bahan kimia, serta masih banyak lagi.

Harta Tommy Soeharto ditaksir sekitar 9,7 triliun rupiah. Masih lebih tinggi dibandingkan kakaknya Bambang Trihatmodjo yang diperkirakan sekitar 3,6 triliun, dan Mba Tutut, kakak tertua Tommy yang berkisar 2,9 triliun.

Tidak heran jika julukan Pangeran Cendana tersemat padanya. Namun, entah karena ia yang paling banyak mendapat warisan orangtuanya, atau karena yang paling mirip dengan Soeharto dan merupakan anak kesayangan Ibu Tien.

Kendati demikian, Tommy juga adalah sosok yang kontroversial. Ia pernah dipenjara gegara pembunuhan Hakim Agung Syarifuddin Kartasasmita. Divonis 10 tahun penjara, Tommy hanya menjalankan masa tahanan dua pertiga.

Di masa orde baru, sebagai anak Presiden, Tommy telah memperlihatkan "kekuatan" dan "Kemampuannya" dalam membangun gurita bisnisnya. Sebagian pernah menjadi berita viral yang kemudian hilang tertelan bumi.

Orang-orang di zaman bapakmu hanya menjadikannya bahan gunjingan di warung kopi. Tommy terkesan kebal hukum dan tidak kada media utama yang berani secara terang-terangan mengeksposnya. "The Untouchables" sempat menjadi julukannya.

Kasus Sempati Air

Kasus Sempati Air yang melibatkan keluarga soeharto (liputan6.com)
Kasus Sempati Air yang melibatkan keluarga soeharto (liputan6.com)
Sejatinya Sempati Air bukanlah maskapai penerbangan baru. Perusahaan ini didirikan pada tahun 1968 dengan bisnis angkutan sewaan para pekerja migas. Seiring waktu, pada akhir 1980an, masuklah Tommy Soeharto sebagai pemegang saham baru.

Ia tidak sendiri, Tommy mengajak mitranya, pengusaha Bob Hasan mengakuisisi saham Sempati Air. Dengan komposisi 25% milik Humpuss, 35% Bob Hasan, dan Truba (40%), Tommy duduk sebagai Presiden Komisaris.

Di bawah kendali Tommy, di awal 1990an, Sempati menjelma menjadi salah satu maskapai yang cukup diperhitungkan di tanah air. Perusahaan ini bahkan memiliki ambisi jangka panjang. Menjadi salah satu penerbangan terbesar di Asia Tenggara, sederet dengan nama besar Singapore Airlines, dan Garuda Indonesia.

Kinerja keuangan juga mengagumkan. Pada tahun 1994, maskapai ini berhasil membukukan pendapatan 1,5 triliun dengan laba bersih 24 miliar. Performa cemerlang masih terulang kembali di tahun 1995 dengan keuntungan 28,6 miliar.

Performa bagus membuat Sempati Air ingin melangkah lebih maju. Menjadi perusahaan terbuka adalah targetnya. Laporan keuangan pun harus dibuka lebar. Ternyata hasilnya mengecewakan.

Sempati Air memiliki setumpuk utang yang dinilai terlalu besar. Bahkan masuk dalam kategori waspada. Keinginan maskapai ini pun pupus. Terlalu banyak hal yang disembunyikan sebelumnya.

Kenyataan itu adalah titik balik runtuhnya Sempati Air. Pembelian armada baru dari Boeing gagal karena kesulitan keuangan. Garuda pun urung menjual pesawat DC-10 nya.

Badai krisis moneter (krismon) di tahun 1998 menjadi puncaknya. Sempati Air resmi menyatakan pailit. Menyisakan utang sebesar 1,1 triliun kepada 470 perusahaan.

Aset terakhir yang dimiliki hanya menyisakan nilai sebesar 71,2 miliar. Itupun berupa tanah, bangunan, peralatan, dan pesawat bekas yang hingga kini hanya teronggok di bandara Soekarno-Hatta.

Kasus Monopoli Cengkeh

Aturan sangat erat hubungannya dengan kekuasaan. Begitu pula dengan perdagangan cengkeh yang menggiurkan.

Industri rokok di era Soeharto berkembang pesat. Produksi dalam negeri pun tidak mampu menunjangnya. Puncaknya sekitar 1980an. Petani cengkeh mendapatkan berkah, harga 1 kilo cengkeh setara dengan satu 2 gram emas.

Namun, kejayaan tersebut tidak bertahan lama. Tommy Soeharto yang saat itu telah berusia 28 tahun, memanfaatkan kekuasaan ayahnya untuk turut serta dalam bisnis menggiurkan ini.

Dibentuklah Badan Penyangga dan Pemasaran Cengkeh (BPPC) yang dipimpin langsung oleh Tommy melalui Keppres tahun 1992. Tommy pun tidak perlu mengeluarkan modal. Ia mendapatkan bantuan dari Kredit Likuiditas Bank Indonesia (KLBI) sebesar 569 miliar rupiah, dan 190 miliar lagi dari Bank Bumi Daya.

BPPC memonopoli urusan perdagangan cengkeh. Menjadi satu-satunya lembaga yang punya kuasa untuk membeli cengkeh dari para petani. Di masa itu, harga termurah cengkeh adalah 20 ribu rupiah per kilogram. Tapi, BPPC hanya menilai 2 ribu rupiah saja dari petani.

Pabrik rokok dan pembeli cengkeh lainnya juga tidak bisa bergerak. BPPC menjadi satu-satunya tempat pembelian cengkeh dengan harga yang sudah ditentukan. Setinggi-tingginya.

Alasannya karena BPPC dinilai memiliki misi "mulia." Keuntungan tersebut seharusnya didistribusikan kepada para petani dan pekerja. Tapi, tidak pernah terjadi.

Cengkeh yang tadinya emas, berubah menjadi tumpukan sampah. Banyak petani yang marah, hingga membakar hasil panen bahkan ladang mereka.

Para petani cengkeh memberi julukan kepada BPPC sebagai "VOC era baru." Sejak saat itu, cengkeh tidak lagi pernah mencapai harga terbaiknya.

Setelah orde baru berakhir, BPPC pun bubar. Tommy pernah didakwa merugikan negara 175 miliar rupiah. Tapi, semuanya hilang bak ditelan bumi.

Kasus Mobil Nasional, Timor

Kasus Mobnas Timor di era soeharto (otomotif.tempo.co)
Kasus Mobnas Timor di era soeharto (otomotif.tempo.co)
Di tahun 1996, Indonesia pernah punya prestasi di bidang otomotif. Maksudnya ingin menyaingi Proton, industri mobil nasional Malaysia. Sayangnya, tujuan mulia itu sisa harapan di tangan Tommy Soeharto.

Mobil Nasional Timor, diluncurkan pada 8 Juli 1996 silam. Tommy kelihatan sangat bahagia, meskipun ibu Tien Soeharto baru saja berpulang.

Kabar yang beredar, seremoni peluncuran mobnas yang diadakan di pelataran parkir Sarinah itu adalah akhir dari perseturuan internal keluarga Cendana.

Rumor tersebut bahkan menghubungkan kematian Ibu Tien dengan perseteruan Tommy dan kakaknya, Bambang Trihatmodjo atas proyek mobil nasional ini. Diketahui pada saat yang sama, mobil Bimantara milik Bambang pun turut bersaing dalam merebut hati orangtuanya.

Melalui PT. Timor Putra Nasional, 45 ribu unit mobil diimpor dari Pabrik Mobil KIA, Korea Selatan. Bukan buatan dalam negeri, tapi harga mobil ini sangatlah terjangkau.

Sebabnya Timor mendapatkan fasilitas bebas pajak impor komponen dan Pajak Penjualan Barang Mewah (PPnBM). Harga murah, rakyat senang, Tommy diuntungkan, negara buntung.

Tapi, peluncuran Timor bukan tanpa gugatan. Dalam negeri, Tommy bisa berjaya, tapi tidak dari luar negeri.

Jepang yang sudah lama menguasai industri otomotif di Indonesia tidak tinggal diam begitu saja. Mereka mengadu ke World Trade Organization (WTO).

Jepang menganggap Indonesia melanggar ketentuan kaidah perdagangan bebas. Hanya menguntungkan satu negara saja, yakni Korea Selatan.

Pada tanggal 22 April 1998, WTO menyetujui keberatan Jepang. Program mobnas Indonesia dianggap melanggar asas perdagangan bebas. Selang sebulan kemudian, Soeharto lengser. Krisis ekonomi pun datang menyerta.

Gagasan membangun industri mobil nasional pun sisa kenangan. Bahkan mungkin tak pernah jadi kenyataan. Timor hanyalah mobil Korea dengan label nasional.  Aksi tipu-tipuan Tommy dan KIA menjadi skandal bisnis keluarga Soeharto menjelang akhir kekuasaan orde baru.

Referensi: 1 2 3 4 5 6

SalamAngka

Rudy Gunawan, B.A., CPS

Numerolog Pertama di Indonesia -- versi Rekor MURI

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun