Mengenal beliau sudah empat tahun lamanya (2017). Pada saat itu, Asosiasi Pembicara Publik, IPSA baru terbentuk di Makassar, dan kebetulan saya didaulat menjadi Ketua DPD-nya.
Atas usaha seorang sahabat, kami pun diaturkan jadwal audiensi dengan sang Gubernur. Jam 9 malam menjadi waktu yang tersedia bagi kami bertiga (Saya, dan dua pengurus pusat, Dr. Ponijan Liaw, dan Donny De Keizer).
Awalnya gemetaran, karena harus melewati protokol di pintu depan. Duduk di ruang tunggu juga tidak kalah "mengerikan." Apalagi suasana rumah jabatan gubernur penuh dengan orang-orang penting yang lalu-lalang.
Namun, suasana langsung cair ketika sang "Komandan" menghampiri kami di ruang tamu. Sikap sang Gubernur yang humble, langsung mencairkan suasana.
Penjelasan terhadap asosiasi IPSA hanya sebentar saja. Di malam itu, beliau lebih banyak bertindak sebagai tour leader, menjelaskan barang-barang dan foto-foto yang terpajang di ruang tamu. Termasuk budaya Sulsel kepada dua tamu dari Jakarta.
Suasana menjadi semakin akrab ditemani segelas kopi, kudapan, dan acara foto bersama. Tidak ada pertanyaan apalagi interogasi. Tidak ada juga batasan antara pejabat dan rakyat jelata.
Intinya, beliau menyambut kami dengan positif.
Di malam itu, kami bertiga juga mengutarakan harapan untuk mengundang beliau sebagai juri tamu pada acara sertifikasi publik yang akan kami adakan dua hari lagi.
Mengejutkan, tanpa ba-bi-bu, beliau langsung menyetujui. Jadilah acara kami diisi oleh orang nomor satu di Sulsel. Tentunya merupakan gengsi tersendiri bagi asosiasi dan peserta sertifikasi.
Isinya, "yuk kita ngupi." Bisa dibayangkan, bagaimana rasanya ngupi dengan orang nomor satu di Sulsel. Isi pembicaraan masih seputaran pembicaraan sehari sebelumnya. Sekitaran riwayat karir beliau, budaya Sulsel, dan juga tentang public speaking.