Menghadapai kritik internasional, ide membangun tempat-tempat prostitusi di barak militer pun muncul. Dalihnya agar para serdadu bisa menyalurkan sifat liarnya dengan lebih terhormat.
Namun, di sisi lain, jepang berharap agar kekaisaran jepang tidak menjadi bulan-bulanan dunia internasional atas tindakan sadis para serdadunya selama penyerbuan ke kota Nanking.
Sejak tahun 1938, dibangunlah kamp perempuan yang bernama Ianjo di seluruh daerah ekspansi militer Jepang. Dari China hingga ke Asia Tenggara.
Dalam kenyataannya, tiada bedanya. Para wanita desa diculik dan dijadikan pelacur. Dipaksa melayani puluhan tentara setiap harinya. Diperkosa dan dibiarkan membusuk.
Ianjo adalah kamp perbudakan seks. Jugun Ianfu adalah budak seks. Bukan tempat pelacuran transaksional seperti yang digembar-gemborkan oleh militer jepang saat itu.
Tercatat lebih dari 200.000 korban jugun ianfu selama perang pasifik berlangsung. Itu belum termasuk yang kehilangan nyawa atau yang tidak diketahui lagi keberadaannya.
Wasana Kata
Sejarah adalah masa lalu. Walau demikian, dalam beberapa tahun terakhir, China telah berupaya membangkitkan memori ini. Atas nama nasioanalisme, semuanya harus dilakukan.
China tidak lagi ragu. Di dunia internasional. Kekuatan China telah meningkat.Â
Tanggal 3 September 2015, peringatan Hari Kemenangan melawan Jepang pertama kali diselenggarakan. Sejumlah rumah bordil tentara jepang dijadikan museum.
Sebagai bangsa yang beradab, kita seharusnya memahami fakta sejarah. Mengingat Tragedi Pemerkosaan Nanking bukan upaya untuk menyalahkan siapa-siapa. Pendidikan sejarah yang tepat harus diberikan kepada generasi penerus.
Agar manusia semakin beradab nantinya