Liga Super Eropa dicanangkan. Awalnya sebanyak 12 tim dari 3 negara (Inggris, Spanyol, dan Italia) yang menyatakan kesediaannya. Namun, kabar terakhir 6 tim dari Inggris Raya urung masuk ke dalamnya.
Wacana liga ini diinisasi karena alasan pandemi Covid-19 yang meluluhlantakkan keuangan klub. Tapi, separah apa?
Jelas, tanpa pertandingan, tidak ada penonton, tidak ada pula siaran langsung. Padahal tiga pendapatan terbesar klub sepak bola berasal dari penjualan tiket, hadiah pertandingan, dan hak siar.
Artikel Kompasianer Irfanpras telah membahasnya dengan sangat jelas.
Baca juga: Dari Uang Tiket sampai Hadiah, Inilah Sumber Pendapatan Klub Sepak Bola.
**
Rencana ini menimbulkan banyak pertentangan. Baik dari FIFA, UEFA, Suporter, dan pemain sepak bola. Pemilik klub dituduh sebagai biang keroknya. Keserakahan menjadi penyebabnya.
Seberapa besar kerugian tim-tim sepak bola raksasa dunia atas pandemi yang melanda?
Sebagai contoh, Barcelona berada di puncak liga sebagai klub yang memiliki pendapatan terbesar sepanjang musim 2019-2020. Total pundi-pundi yang berhasil mereka kumpulkan adalah sebesar 627 juta poundsterling atau sekitar 12,5 triliun rupiah.
Namun, tim ini juga termasuk klub yang mengalami penurunan terbesar selama masa pandemi. Total kehilangannya sebesar 155 juta poundsterling. (sebesar 15%).
Sebagai akibatnya situasi finansial mereka genting. Beberapa pemain harus rela gajinya dipotong. Besarnya utang yang ditanggung klub selama beberapa musim terakhir menjadi pangkal masalahnya.