Bangku terasa panas, adrenalin naik seketika. Padahal mungkin di lapangan tidak setegang itu. Ini adalah salah satu contoh bagaimana serunya "menonton" bola dari radio.
Jauh sebelum televisi ada, radio adalah andalan bagi para pencinta sepak bola yang tidak berada di stadium. Apa pun yang disuguhkan oleh komentator, sangat berarti bagi para pendengar.
Lantas bagaimana ini bisa terjadi. Tentunya intonasi, vokalisasi, serta pilihan kata, menjadi senjata utama bagi para penyiar.
Namun, ada istilah Theatre of Mind
Keseruan yang terdengar dari radio bisa dimaklumi. Sebabnya radio hanya memiliki sifat auditif (mengandalkan suara). Tentunya berbeda dengan media televisi atau internet yang bersifat auditif plus visualis.
Untuk menjadi komentator olahraga di radio, penyiar harus menguasai konsep yang dinamakan Theatre of Mind (atau Panggung Pikiran). Bagaimana kata serta ucapan akan menimbulkan imajinasi dalam pikiran pendengar. Di sinilah kuncinya.
Tantangannya adalah setiap ucapan yang keluar dari mulut bisa menimbulkan imajinasi yang berbeda-beda. Tersebab setiap manusia pasti memiliki persepsi yang unik.
Namun, seorang penyiar yang baik tentunya tidak akan terlalu mempermasalahkan itu. Ia telah memiliki trik yang bisa membuat komentarnya terasa nyaman..
Kelebihannya adalah siapa pun bisa membentuk imajinasinya sendiri. Keseruan di lapangan berpindah ke kepala, meskipun suasana di stadium biasa-biasa saja.
Seperti yang sudah saya jelaskan, penggabungan dari pemilihan kata dan pembentukan suara (intonasi dan vokalisasi) adalah kuncinya.
Namun, lebih spesifik lagi, ada beberapa teknik yang perlu dikuasai oleh komentator bola radio.