Untuk mengisi kekosongan, para pembajak bergiliran memberikan ceramah.
"Yang paling pinter ceramah itu si Mahrizal. Di awal-awal itu, kalau bicara, dia seakan-akan menampakkan diri paling suci. Tapi lama-lama malah mengumpat dan omongannya sudah tidak enak didengar lagi," cerita Tjipto Harsono, salah satu penumpang.
Baca juga: Tragedi Woyla, Kisah Nyata 65 Jam Pembajakan Pesawat Garuda Indonesia
Dari kelima pembajak, hanya Abdullah Mulyono yang paling tidak diketahui latar belakangnya. Ia hanya dikenal sebagai seorang penyair setelah meninggalkan sepucuk kertas berisikan puisi.
Oh Kapal! Bila hari tiba dengan terang
Tentu engkau akan padam dari derita.
Tetapi jika engkau waktu itu
Sudah habis nasibmu yang baik
Tentu ajalmu akan bersamaku
Dan semua itu akan harus
Berpisah dengan dunia
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!