Untuk itulah, mari kita meniliki latar belakang dari 5 pelaku terror Komando Jihad beserta pemimpinnya, Imran bin Muhammad Zein. Lika-liku perjalanan mereka sebelum berakhir di ujung bedil.
**
Imran bin Muhammad Zein
Imran kelahiran Bukittinggi, tahun 1950. Ayahnya bernama Muhammad Zein, seorang pedagang kain di Medan.
Sedari kecil Imran sudah terkenal sebagai preman. Ia tercatat sebagai anggota ormas Pemuda Pancasila di Medan. Bahkan termasuk pentolan inti dari organisasi ini.
Sifatnya yang uring-uringan sering menimbulkan masalah. Dalam sebuah peristiwa perkelahian, Imran menusuk lawannya pada tahun 1972. Setelah dibebaskan, Imran diusir dari rumah. Lantaran ayahnya sudah tidak tahan lagi dengan perangainya. Terlebih korban penusukannya adalah anak sahabat dekat ayahnya.
Setelah itu, Imran pindah ke Arab Saudi. Menumpang kapal haji dan berstatus imigran gelap. Tujuannya untuk belajar agama. Selama 5 tahun ia menetap di sana sembari kerja paruh waktu untuk menafkahi diri.
Di Arab Saudi Imran belajar agama dari beberapa ulama. Para Syekh yang terkenal. Setelah belajar beberapa tahun, Imran sudah bisa tampil di depan mimbar.
Gaya ceramahnya sangat atraktif dan mengundang pikat dari para pendengarnya. Orang Indonesia yang berada di Arab Saudi. Imran mendapatkan banyak sahabat, salah satunya Mahrizal yang mengepalai kelompok pembajak.
Pada tahun 1977, Imran pulang ke Indonesia. Ia menikah dan membuka usaha kecil-kecilan menjual jam tangan. Namun, Imran lebih banyak berdakwah. Ia sampai berkeliling ke beberapa kota untuk melakukannya.
Pada tahun 1978, Imran fokus berdakwah di daerah Jawa Barat. Dari sinilah Imran kemudian mendirikan kelompok Jemaah. Terlebih setelah HIPMA (Himpunan Pemuda Masjid), organisasi pemuda Cimahi yang menjadi pendukungnya dibubarkan oleh walikota Cimahi.
Jemaah Imran. Begitu nama yang ia sematkan. Imran diangkat sebagai Iman dalam sebuah pertemuan di rumah H. Adang Suherman di Cimahi, bulan Agustus 1980.