Mohon tunggu...
Acek Rudy
Acek Rudy Mohon Tunggu... Konsultan - Palu Gada

Entrepreneur, Certified Public Speaker, Blogger, Author, Numerologist. Mua-muanya Dah.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Tragedi Woyla: Kisah Nyata 65 Jam Pembajakan Pesawat Garuda Indonesia

2 April 2021   05:54 Diperbarui: 2 April 2021   06:03 1846
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Letkol Sintong Panjaitan (sumber: nasional.kompas.com)

Selasa 31 Maret, sekitar pukul 02.30

Ada gerakan di semak-semak. Letaknya tak jauh dari sebuah pesawat yang terparkir di lapangan udara Don Mueang, Bangkok. Mereka adalah sekelompok pasukan bersenjata yang bergerak mengendap dan teratur dalam formasi dua baris mendekati pesawat.

Pasukan tersebut tampak membawa tiga tangga. Dua diletakkan di masing-masing sayap, satunya lagi di bagian belakang pesawat.

Dalam sekejap mereka sudah ada di dalam pesawat. Masuk melalui pintu darurat dekat sayap dan bagian belakang di bawah badan pesawat.

"Semua penumpang tiarap." Teriakan memecah keheningan. Diikuti dengan riuh penumpang dan suara tembakan.

"Dor... Dor..." Hanya tiga detik. Beberapa tubuh jatuh terkapar.

Penumpang yang tiarap kemudian dikeluarkan satu persatu. Tapi, suasana tegang kembali memuncak ketika ada seseorang yang melempar granat. Untungnya berhasil dijinakkan oleh salah satu pasukan penyergap.

Orang yang melempar granat berusaha melarikan diri lewat pintu depan. Namun, dalam sekejap ia tewas ditembak. Seorang lagi melepaskan tembakan ke arah pasukan. Untungnya tidak mengenai sasaran.

Senjata pasukan ditodongkan padanya. Memaksanya menyerahkan diri.

"Dor..." sang pembajak menembak keningnya sendiri.

Masih ada dua lagi yang ikut tiarap beserta para penumpang. Dalam sebuah kesempatan mereka berupaya kabur. Tapi, dua tembakan tepat sasaran membuat mereka tersungkur di tanah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun