Sebuah teriakan terdengar dari bagian belakang pesawat. Beberapa penumpang bangun dan berlari ke bagian depan kabin. Tjipto yang duduk di bangkunya masih belum sadar apa yang terjadi.
"Dok, ini bercanda apa, ya?" tanyanya kepada penumpang yang duduk di sampingnya.
Salah satu pembajak yang mendengarkannya datang menghampirinya dan menodongkan pistol ke arahnya. Saat itulah Tjipto sadar apa yang telah terjadi.
Sabtu 28 Maret 1981, sekitar pukul 10.10 pagi
Mereka adalah anggota Jamaah Imran dan mengaku sebagai Komando Jihad. Jumlahnya lima orang dan mempersenjatai diri dengan pistol dan granat.
Tuntutan mereka adalah melepaskan 80 orang tahanan yang terlibat dalam penyerangan Kosekta 8606 Pasir Kaliki di Bandung tanggal 11 Maret 1981 dibebaskan. Mereka juga meminta uang tebusan sebesar 1,5 juta dollar Amerika sebagai ganti dari 48 penumpang dan 5 orang awak pesawat yang disandera.
Sabtu 28 Maret 1981, sekitar pukul 11.20 pagi
Pesawat mendarat di Bandara Internasional Penang, Malaysia. Para pembajak meminta pengisian bahan bakar, tanpa memberitahukan tujuan penerbangan berikutnya. Seorang sandera berusia 76 tahun dibebaskan.
Departemen Pertahanan dan Keamanan Indonesia pun dihubungi. Dalam keadaan genting, Menteri Pertahanan dan Keamanan, Jenderal M.Jusuf menginstruksikan Wakil Panglima ABRI, Laksamana Soedomo untuk menangani situasi pembajakan.
Minggu 29 Maret 1981
Mereka menyita seluruh dompet dan barang berharga penumpang. Sekaligus mengecek identitas jika ada di antara mereka yang anggota militer.
Malang bagi seorang penumpang. Ia adalah anggota Resimen Mahasiswa. Para pembajak menyeret sang penumpang ke depan dan dipukuli. Mereka juga tak mengizinkan gerakan mencurigakan. Ada yang melongos sedikit saja langsung dipukuli. Tidak peduli perempuan atau lelaki.