Mohon tunggu...
Acek Rudy
Acek Rudy Mohon Tunggu... Konsultan - Palu Gada

Entrepreneur, Certified Public Speaker, Blogger, Author, Numerologist. Mua-muanya Dah.

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Ilmu Meringankan Tubuh yang Aku Kuasai

14 Maret 2021   06:32 Diperbarui: 14 Maret 2021   06:42 6545
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebagai anak kecil film Kungfu itu sangat inspiratif. Para pelakunya bukanlah superman dengan kostum khusus. Tapi, sekali gebrak puluhan musuh jatuh terjungkal.

Jauhkan tendangan utara atau tinju selatan. Tidak selamanya berantem menyelesaikan masalah. Terlebih lagi sudah ada medsos. Jangan sampai si jago Kungfu jadi viral. Masuk penjara gegara gebukin orang.

Tapi, ada yang namanya jurus Gingkang. Alias ilmu meringankan tubuh. Konon katanya gedung tiga lantai dengan mudah digapai. Juga bagus untuk "ghosting." Daripada kabur secara daring. Mending bikin orang lain merinding.

Lantas apakah ilmu Gingkang ini benar-benar ada? Hai sobat, meskipun film dibuat di Hollywood, ilmu sakti masih bisa direbut.

Sewaktu kecil dulu, aku sering digadang-gadang sebagai reinkarnasi Pendekar Tanpa Bayangan. Sebabnya berulang kali kue di atas meja lenyap tak berbekas. Siapa lagi kalau bukan si pendekar sakti ini pelakunya. Bak Robin Hood, tak sekali pun ketahuan. Kecuali jeweran bunda melayang di telinga.

Joni, tetangga sebelah rumah pun memberikan sebuah buku. Judulnya Rahasia Ilmu Meringankan Tubuh.

Buku Rahasia Ilmu Meringankan tubuh (sumber: estuarey.wordpress.com)
Buku Rahasia Ilmu Meringankan tubuh (sumber: estuarey.wordpress.com)
Katanya sih, anak sepertiku berbakat mewarisi ilmu Gingkang. Aku terharu melihat ketulusan Joni. Meskipun rela uang belanjaku jatuh ke tangannya.

Hari pertama. Di suatu sore yang sepi, diriku mulai bertapa. Aku buka kitab sakti pemberian si Joni. Bab pertama, isinya cukup masuk akal. Latihan dasar diperlukan. Bukannya semua ilmu Kungfu sakti harus dimulai dari kuda-kuda.

Aku pun memulai hari itu dengan melakukan gerakan ringan. Jongkok berdiri, jongkok berdiri, sambil mengayunkan tangan ala senam pagi. Tidak lupa juga mengaum. Namanya saja "Lompatan sang harimau yang mengagumkan."

Aku terus melakukannya hingga hari menjelang Magrib. Keringat bercucuran. Bukannya sehat, tapi gelay. Sebabnya anak seusiaku keringatnya sudah terlalu sering terkuras. Terutama jika kakak memperlihatkan gambar sampul buku stensilan.

Sore itu, aku belum mendapatkan apa-apa, kecuali jeweran bunda tersayang di telinga.

Hari kedua. Aku yakin latihanku yang kemarin sudah cukup mantap. Ruh Thio Sam Hong serasa sudah merasukiku. Kemarin aku bermimpi tentangnya. Hari ini aku lanjut latihan.

Menurut bab "Menggantung gaya kera," aku harus bisa menggelantungkan diri agar kaki terbiasa melayang. Caranya mudah. Praktek kali ini memerlukan alat. Jadilah tali jemuran menemaniku. Berhasil! Aku menggelantung.

Sayangnya, tidak sampai semenit latihanku sudah selesai. Tali gantungan ambruk beserta daleman dan kawan-kawannya. Jeweran bunda tersayang kembali bersarang di telinga.

Hari ketiga. Latihan singkat di hari sebelumnya tidak menghalangiku. Bukankah makna dari ilmu silat adalah usaha. Jangankan sehari, sejam pun ilmu sakti sudah bisa dikuasai. Itu yang aku pelajari dari film silat To Liong To.

Judulnya "Ilmu meringankan gaya Tarzan." Tidak perlu dijelaskan. Kakak sering memanggilku Tarzan. Sebabnya hanya daleman saja yang kugunakan seliweran dalam rumah. Tidak usah dibaca terlalu jauh. Kunci dari ilmu ini cukup dilengkapi dengan teriakan, "Auuuu.... Auuuuuuu."

Tidak pake lama sebelum Bunda kembali datang. Jeweran lebih lama meriang di telinga.

Hari keempat. Belum juga kapok. Bunda memata-mataiku. Dia melarang diriku berada dua meter dari pintu rumah. Aku tidak kehabisan akal. Bab berikutnya yang harus kukuasai tidak perlu di luar rumah.

Judulnya "Kelebatan bayangan kilat." Tidak perlu tali jemuran ataupun buku yang sudah disita. Aku bisa melakukannya dalam kamar. Caranya adalah berlari dan melemparkan tubuh ke tempat tidur tanpa menimbulkan suara. Toh, tujuannya memang supaya Bunda tidak mendengarkan.

Wisssss... Hoopppp... Berhasil. Ciaatttt... Wisssss... Berhasil.

Lima kali kulakukan penuh konsentrasi. Aku merasakan kemajuanku yang pesat. Aku berbakat sebagai pendekar Bu Tong Pai. Mungkin karena reinkarnasiku sebagai pendekar tanpa bayangan.

Bunda berdiri di samping tanpa aku sadari. Ternyata dia adalah pendekar tanpa bayangan yang lebih lihai. Aku menjewer telingaku sendiri sebagai bentuk penghormatan.

**

Tiga puluh delapan tahun berlalu. Memori ini kembali teringat. Keinginanku untuk belajar ilmu meringankan tubuh kembali menggeliat. Apa daya aku sudah tidak pernah lagi berseliweran dengan daleman.

Namun, hidup sudah mengartikan banyak hal. Pendekar silat hanyalah suratan masa lalu. Namun, kita adalah pendekar kehidupan yang bertarung demi hidup. Meski tidak dengan pedang atau pun Kungfu.

Ilmu meringankan tubuh tidak pernah ada. Yang kita butuhkan adalah ilmu meringankan jiwa.

Cara latihannya pun mudah. Lepaskan semua beban hidupmu. Berpikirlah positif. Konsentrasi pada keadaan. Jauhkan kekhwatiran. Lakukanlah yang bermanfaat.

Dengan pikiran ringan, tubuh pun pasti akan terasa ringan. Jalani hidup dengan lompatan-lompatan Gingkang yang menakjubkan.

SalamAngka

Rudy Gunawan, B.A., CPS

Numerolog Pertama di Indonesia -- versi Rekor MURI

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun