Selama proses pembedahan, Hua Tuo menggunakan pisau bedahnya untuk memotong daging busuk dari lengan dan mengikis racun dari tulang. Konon bunyi kikisan di tulang Guan Yu membuat orang-orang di sekitarnya merinding.
Setelah Hua Tuo berhasil menyembuhkan tangan Guan Yu, sang jenderal legendaris ini menawarkan hadiah 100 ons emas. Namun, Hua Tuo menolaknya dan mengatakan bahwa tugas seorang tabib adalah menyembuhkan pasien tanpa mengambil keuntungan.
Akhir Hidup Hua Tuo yang Tragis
Selama masa peperangan Tiga Negara, Hua Tuo tidak pernah mendeklarasikan diri berpihak pada kerajaan mana pun. Hal ini sesuai dengan semangatnya untuk menyembuhkan setiap orang tanpa pandang bulu.
Sayangnya, kisahnya menyembuhkan jenderal Guan Yu sudah terlanjur menyebar dan menjadi terkenal. Cao-cao sebagai pemimpin negeri Wei menderita sakit kepala yang tak bisa disembuhkan oleh sudah banyak tabib terkenal.
Akhirnya Hua Tuo dipanggil. Tanpa rasa curiga, Hua Tuo menawarkan pembedahan di kepala sebagai satu-satunya cara untuk sembuh. Mendengar saran Hua Tuo, Cao-cao menjadi gusar dan menuduh Hua Tuo ingin membunuhnya demi balas dendam atas kematian jenderal Guan Yu.
Pesannya hanya satu, "Buku-buku ini bisa menyelamatkan banyak nyawa."
Sang sipir yang bisa melihat ketulusan hati Hua Tuo, bersedia membawa pulang buku-buku pengobatannya dan menyimpannya baik-baik.
Sayangnya istri sipir ini ketakutan. Ia khwatir buku-buku tersebut bisa menimbulkan amarah penguasa. Sang istri lalu membakar semua buku tersebut. Untungnya pada saat yang tepat, sang sipir pulang ke rumah dan berhasil menyelamatkan beberapa buku.
Buku-buku yang masih tersimpan hingga sekarang di antaranya adalah Teknik akupuntur dan resep pengembangan pati rasa yang berguna dalam menyembuhkan luka dan pembengkakan luar akibat benturan. Konon minyak ini masih bisa dibeli di beberapa toko obat tradisional di China.