Tanpa banyak bertanya, Hua Tuo mengambil sepotong tali dan mengikatkan batu kecil di ujung tali tersebut. Ia melemparkan tali di sekeliling dahan tertinggi dan berhasil mengumpulkan semua daun di dahan itu.
Ujian kedua, tabib Cai melihat dua ekor kambing yang sedang berkelahi. Tidak ada seorang pun yang bisa memisahkan kedua kambing itu.
Tabib Cai berkata kepada Hua Tuo, "Mampukah kamu melerai kedua kambing tersebut?"
Sekali lagi tanpa banyak bertanya, Hua Tuo mengambil rumput dan meletakkannya di kedua sisi berlawanan. Kambing-kambing tersebut segera berlari ke arah berlawanan dan memakan rumput itu. Perkelahian terhenti tanpa adanya usaha fisik.
Tabib Cai sangat kagum dengan kecerdasan Hua Tuo dan mengangkatnya menjadi murid. Ia yakin bahwa Hua Tuo telah ditakdirkan menjadi seorang tabib yang hebat.
Hua Tuo tumbuh berkembang menjadi tabib pengobatan yang bereputasi tinggi. Kendati demikian, ia tidak pernah sombong. Hua Tuo pantang membeda-bedakan pasiennya. Sebuah jiwa mulia bagi seorang tabib yang mengutamakan keselematan nyawa.
Seumur hidupnya ia dedikasikan untuk pengobatan. Bakatnya yang baik dan jam terbangnya yang tinggi membuat dirinya mampu mengembangkan teknik pengobatan yang inovatif dan mengagumkan.
Pencipta Ilmu Akupuntur
Ilmu akupuntur yang diciptakannya sangat mengagumkan. Dikisahkan bahwa ia pernah menyembuhkan seorang pasien yang tidak bisa berjalan. Hua Tuo memberi tusukan jarum pada tujuh titik akupuntur. Hasilnya, sang pasien dapat kembali berjalan normal.
Titik akupuntur ini disebut dengan "titik Jia-ji" yang meliputi titik pengapit tulang belakang. Pada ilmu akupuntur modern, para tabib akuputur menamakan ke 7 titik penting ini sebagai "titik Hua Tuo," sebagai bentuk penghormatan padanya.