Selain itu, ketika jarum jam menunjuk ke angka 11, maka lonceng pada jam-jam tersebut akan berdentang. Mengapa harus berdentang? Konon karena seluruh penduduk di kota ini menganggap bahwa jam 11 adalah waktu yang paling hoki untuk melakukan aktifitas penting.
Secara kebetulan, pada 1481, Solothrun menjadi wilayah ke-11 dari Konfederasi Swiss. Pada abad ke 16, kota ini dibagi menjadi 11 protekotrat (sejenis kecamatan). Belum lagi pada tahun 1252, saat dewan kota pertama kali terbentuk, jumlah yang terpilih adalah 11 orang. Â
Warisan abad pertengahan masih terasa kental hingga saat ini. Tradisi yang dipegang mempengaruhi pola pikir para penduduknya. Anak-anak merayakan ulang tahun ke 11 melebihi kemewahan "sweet seventeen." Angka 11 terasa keramat dengan kebiasaan yang dikondisikan.
Confieserie Hofer, sebuah toko roti yang telah berusia 100 tahun lebih, memiliki cokelat batang 11 yang laris manis sejak seabad yang lalu hingga kini. Produsen bir lokal, Moritz Knzle memberi merek produknya "keluargaufi-Bier" atau "Eleven Beer." Bukan hanya itu, mereka juga mengembangkan wiski yang pembuatannya selama 11 tahun.
Arsiteknya bernama Gaetano Matteo Pisoni, seorang arsitek Italia. Menurut cerita yang beredar, sang arsitek ini juga bingung dengan apa yang dikonsepkan oleh pemerintah pada zaman tersebut.
Perintahnya hanya satu, "Perbanyak Angka 11."
Katedral St. Ursus memiliki 11 altar, 11 jam, 11 anak tangga, 11 baris tempat duduk, 11 menara lonceng yang berukuran 6x11 meter, hingga 11 jenis marmer.
Sebuah legenda rakyat mengatakan bahwa saat itu penduduk Solothrun hidup dalam kesusahan. Akhirnya datanglah peri-peri dari gunung Weissenstein (posisinya tidak jauh dari kota). Peri-peri tersebut datang untuk menyampaikan mantra ajaib yang dapat membangkitkan semangat penduduk kota. Sejak saat itu, seluruh warga hidup dalam kemakmuran.