Pesan dari orangtua adalah hal yang harus dituruti. Bagi masyarakat Tionghoa itu adalah hoki. Bukan hanya mitos, tetapi budaya menghormati leluhur dianggap sebagai penghargaan kepada eksistensi manusia secara luhur.
Masyarakat Tionghoa memiliki banyak kebiasaan dengan kuliner. Tidak harus menjelang imlek saja. Memang sebagian kelihatannya tidak masuk akal. Namun, demi hoki apa pun pantas untuk dijalani. Sepanjang tidak melukai orang lain.
Bagi kalian yang ingin mencoba-coba peruntungan ala orang Tionghoa, penulis akan membocorkan beberapa rahasia terkait aturan kulineran pembawa hoki. Siapa tahu saja hoki muncul esok pagi.
Makan Mie Saat Ulang Tahun
Nah, dengan demikian maka makan mie tidak bisa dipotong. Karena hal itu juga berarti memotong umur. Lantas bagaimana jika mienya terlalu panjang? Tidak usah khwatir, cukup digigit. Gitu aja kok repot.
Selain makan mie, jumlah makanan pada pesta ulang tahun juga memiliki artinya tersendiri. Angka yang harus dihindari adalah 4 yang berarti "kematian" dan angka 6 yang berarti "keperihan hidup." Sementara angka yang paling dianjurkan adalah 8 yang berarti "kemakmuran."
Jomlo Wajib Makan Kue Ming-le
Jangan ngiler jika lihat orang kawin, para jomlo punya banyak kesempatan. Orang Tionghoa punya tradisi bagi-bagi kue atau pegangan manis yang dilakukan oleh pengantin untuk para tamu. Tradisi ini bernama Ming-le.
Menurut kepercayaan Tionghoa, kue Ming-le ini sangat ampuh bagi jomlo untuk mendapatkan pasangan dan segera menikah. Entah apakah tradisi ini efektif, tapi yang pasti apa pun yang manis dari pengantin pasti enak untuk ditatap dan disantap.
Menancapkan Sumpit di Atas Nasi
Menancapkan sumpit di atas nasi dianggap sebagai hal yang tidak sopan, karena hanya dilakukan untuk mereka yang sudah meninggal. Bagi orang Tionghoa, nasi yang ingin dipersembahkan kepada leluhur dilakukan dengan cara menancapkan dupa di atasnya. Seperti itulah makna menancapkan sumpit di atas nasi.