Mohon tunggu...
Acek Rudy
Acek Rudy Mohon Tunggu... Konsultan - Palu Gada

Entrepreneur, Certified Public Speaker, Blogger, Author, Numerologist. Mua-muanya Dah.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Hari Santet Sedunia, Perlukah Dirayakan?

9 Februari 2021   15:00 Diperbarui: 9 Februari 2021   15:47 1860
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Suku Amatoa Kajang (sumber: akurat.co)

Konflik Sampit pada tahun 2001 yang melibatkan kerusuhan antar etnis Dayak dan Madura memasyhurkan kemampuan ilmu gaib suku Dayak. Banyak kisah beredar, meskipun tidak sepenuhnya benar.

Namun, kekuatan ilmu gaib Suku Dayak juga sudah tersebar ke seantero Nusantara. Salah satu yang penulis paling sering dengar adalah mandau terbang. Mandau ini adalah sejenis senjata tradisional Suku Dayak. 

Foto gadis Suku Dayak (sumber: pariwisata.id)
Foto gadis Suku Dayak (sumber: pariwisata.id)
Dengan ilmu ini, Suku Dayak tidak perlu mengejar musuhnya, karena Mandau itu bisa beralih fungsi menjadi rudal tembak jarak jauh. Selain untuk menebas kepala musuh, Mandau terbang juga bisa digunakan untuk melindungi orang lemah yang sedang dalam keadaan bahaya.

Selalin Mandau terbang, penulis pernah mendengarkan kisah dari seorang kawan. Konon ada seorang lelaki asing yang menghamili gadis Dayak. Namun, karena tidak mau bertanggung jawab, akhirnya ia kabur dari desa sang gadis.

Ilmu ramuan buluh perindu dengan mudahnya membawa pulang sang lelaki. Sebabnya alat kelamin yang dibanggakan dengan segera hilang dan pindah ke dalam toples.

Berpindah ke daerah paling timur Indonesia, kita berkunjung ke daerah tempat tinggal Suku Asmat di Papua. Memunculkan barang yang hilang dan mendatangkan petir, hanya sebagian dari kesaktian yang dimiliki oleh orang jago Suku Asmat.

Ilustrasi Suku Asmat (sumber: west-papua.org)
Ilustrasi Suku Asmat (sumber: west-papua.org)
Sebagai suku pedalaman, Suku Asmat sangat menjaga keharmonisan alam. Mereka menghormati leluhur yang diyakini hidup di sebuah tempat gaib di mana matahari terbenam.

Suku Asmat adalah suku yang ramah, tapi jangan sesekali merusak alam dan membuat mereka tersinggung. Tersebab "hadiah" yang akan dikirim adalah sakit misterius, miskin mendadak, kecelakaan maut, dan masih banyak lagi.

Bagi mereka merusak alam sama dengan merusak tempat tinggal para dewa. Mungkin filsafat ini bagus juga diberlakukan bagi mereka yang masih senang membuang sampah sembarangan.

**

Kembali lagi kepada apakah perlu kita memperingati Hari Santet Sedunia? Mungkin tidak, meskipun santet masih menjadi bagian dari budaya Nusantara.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun