Dalam halaman pengantar buku "The I-Ching or Book of Changes," yang ditulis tahun 1949 oleh Richard Wilhem dan Cary F. Baynes, Carl Jung secara mengejutkan menyatakan bahwa dirinya adalah praktisi I-Ching selama 30 tahun terakhir.
Dalam kehidupan sehari-hari, kita mungkin sering mengalaminya. Misalkan pada saat sedang membersihkan rumah, tiba-tiba kita menemukan barang pemberian seorang kawan lama. Entah apa yang terjadi, di saat yang tidak terlalu lama, sang kawan tersebut menelpon hanya untuk sekedar menanyakan apa kabar. Kesadaran kolektif dari diri kita dan sang kawan terkoneksi dengan pengalaman yang baru saja kita alami. Ini adalah salah satu contoh sederhana dari "Sinkronisitas."
"I-Ching tidak menawarkan dirinya tentang bukti dan hasil yang nyata; dia tidak perlu itu untuk membuktikan dirinya sendiri, dia juga tidak perlu untuk dimengerti. Seperti halnya bagian dari alam, dia hanya menunggu sampai dirinya diketemukan maknanya secara alami." ~ Carl Jung ~
I-Ching dan Psikoterapi
Dalam dunia terapi psikologi dan konseling, keberhasilan sebuah sesi terapi sangat tergantung pada sejauh mana seorang pasien membuka "insight" dalam dirinya.
Untuk membuka "insight," seorang pasien harus mau terbuka pada konselornya dan menceritakan seluruh permasalahan yang ia hadapi dengan sejujurya. Namun, sayangnya hal inilah yang paling sering menjadi kendala utama dalam sebuah sesi konsultasi. Â Â
Untuk mengatasi hal ini, Susan Rako, seorang doktor praktisi kejiwaan lulusan Albert Einstein College Medicine dalam artikelnya di Psychologytoday, mengatakan bahwa ia sering menggunakan metode I-Ching sebagai stimulus dalam proses terapinya.
Meskipun Susan tidak menggunakan fungsi I-Ching untuk meramal, tapi ia mengatakan bahwa apa yang diutarakan oleh I-Ching dalam pilihan pasiennya, cukup memberikan respons positif selama sesi konsultasi.
Selanjutnya, ia hanya memberikan motivasi dan penjelasan berlogika untuk menyikapi nasehat dari I-Ching yang berdasarkan tanggung jawab dan pikiran yang rasional.
Teknik terapi yang Susan lakukan disebut dengan terapi asosiasi bebas, yaitu mendorong klien untuk terus bersikap terbuka dengan berfokus pada obyek multi tafsir.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!