Mohon tunggu...
Acek Rudy
Acek Rudy Mohon Tunggu... Konsultan - Palu Gada

Entrepreneur, Certified Public Speaker, Blogger, Author, Numerologist. Mua-muanya Dah.

Selanjutnya

Tutup

Foodie Pilihan

4 dari 3529 Jenis Kuliner Indonesia Ini Memiliki Kisah Legenda yang Menarik

18 Januari 2021   14:18 Diperbarui: 18 Januari 2021   14:25 3211
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Berbicara mengenai kuliner, Indonesia jelas adalah "tanah air beta." Tentu kemanapun kita pergi, masakan Indonesia akan selalu terasa sesak di dada.

Dengan total 34 provinsi, tahukah kamu berapa jumlah kuliner asli Indonesia? Menurut Prof. Dr. Ir. Murdjiati Gardjito, seorang peneliti dan pakar kuliner senior, ada 3.259. Ini belum termasuk kuliner khas daerah terpencil yang tidak memiliki nama, ataupun jenis yang baru tercipta.

Menurut Prof. Murdjiati, hal ini disebabkan karena Indonesia memiliki kekayaan bahan baku kuliner yang besar, mulai dari sayur-sayuran hingga buah-buahan. Jika diperincikan lagi, dari ke 3.259 jenis kuliner ini, maka profilnya adalah;

  • Makanan utama: 208,
  • Makanan pendamping dengan santan: 292,
  • Makanan pendamping sup: 554,
  • Makanan pendamping tanpa sup: 959.
  • Makanan ringan basah: 750.
  • Makanan ringan kering: 263.
  • Minuman: 147.
  • Lain-lain: 84.

"Kita punya lebih dari 200 sayur, 400 buah, 1.600 rempah. Jadi kalian bisa membayangkan seberapa besar dapur kami," ucap penulis 60 buku kuliner ini.

Lebih lanjut, Prof. Murdjiati mengatakan bahwa makanan Indonesia dipengaruhi oleh beragam budaya mulai dari China hingga Belanda. Adapun secara demografis, strukturnya adalah sebagai berikut;

  • Sumatera bagian barat dipengaruhi India dan Arab.
  • Sumatera bagian timur dipengaruhi China dan Malaysia.
  • Jawa bagian utara dipengaruhi China, Arab, dan Belanda.
  • Kalimantan bagian barat dipengaruhi China dan Malaysia.
  • Sulawesi bagian utara dipengaruhi Spanyol.
  • Maluku dipengaruhi Portugis dan Belanda.

Selain kaya beragam, kuliner Indonesia juga tidak terlepas dari kebudayaan yang menyerta. Sebagai contoh, bubur merah-putih sering dikaitkan dengan prosesi perubahan nama. Ketupat erat dengan lebaran, dan ronde atau umba-umba di Makassar selalu hadir sebagai sajian acara akbar.

Sebelumnya penulis telah menulis dua artikel tentang masakan China. Yang pertama adalah filosofis yang mendasari dan yang kedua adalah kisah di balik lima masakan China terkenal.

Baca juga: Filosofi Yin-yang dalam Masakan China, Resep Rahasia Tiada Tara

Baca juga: Legenda Ratusan Tahun di Balik 5 Masakan China Terkenal 

Tak kalah dengan makanan China yang kaya filosofis dan legenda. Tahukah kamu jika ternyata ada juga beberapa masakan di Indonesia yang juga memiliki hikayat di baliknya? Penasaran? Berikut 4 makanan khas yang terkenal dengan cerita rakyatnya;

Sego Roomo

Ilustrasi Sego Roomo (sumber: channel Youtube Agus Satriyadi)
Ilustrasi Sego Roomo (sumber: channel Youtube Agus Satriyadi)
Kuliner ini adalah makanan khas kota Gresik, Jawa Timur. Zaman dahulu kala, ada seorang wanita setengah baya yang miskin. Ia kebingungan mencari cara untuk menafkahi keluarganya.

Syahdan, suatu saat sang wanita tersebut berjumpa dengan seorang wali. Wali yang baik hati itu kemudian memberi saran kepada sang wanita untuk "menjual desanya."

Bukannya solusi, sang wanita pun semakin bingung. Bagaimana mungkin menjual desanya? Hingga suatu saat ia pun mendapat ilham untuk membuat sejenis makanan. Pada saat ingin memberi nama pada masakannya, ia lalu mengingat pesan sang wali.

Akhirnya sang wanita memberikan nama Sego Roomo (baca; sego rumo) yang merupakan nama dari Desa Rumo, tempatnya menetap.

Lama kelamaan makanan ini menjadi terkenal karena kelezatannya. Masakannya menjadi terkenal ke seluruh penjuru, dan dagangannya pun laris. Desa Rumo pun terangkat seiring dengan perekonomian sang wanita.

Docang

Ilustrasi Docang (sumber: intisari.grid.id)
Ilustrasi Docang (sumber: intisari.grid.id)

Kuliner ini adalah khas Cirebon dan umum dijadikan sarapan pagi. Nah, kuliner ini sangat berkaitan erat dengan kisah Wali Songo.

Syahdan ada seorang pangeran yang sangat membenci para wali karena menyebarkan agama Islam hingga ke pelosok-pelosok Jawa.

Akhirnya, sang pangeran kemudian menyusun cara untuk membunuh para wali. Ia akan menyuguhkan makanan beracun pada saat para wali berkumpul di Masjid Agung Keraton Cirebon.

Agar menarik, sang pangeran membuat sejenis makanan baru yang ia ambil dari sisa-sisa makanan para sultan yang tidak habis.

Makanan ini kemudian diberi nama Docang, yang merupakan campuran lontong, kelapa parut, daun singkong, daun kucai, toge, dan kerupuk. Tidak lupa juga kuah dage atau oncom yang disiram bersamanya.

Ajaibnya, racun yang dicampurkan dalam Docang tersebut tidak berpengaruh. Para wali bahkan tampak begitu menikmati makanan yang disuguhkan oleh Sang Pangeran.

Hingga kini Docang masih ramai ditemukan di daerah Cirebon dan sekitarnya. Resepnya tetap sama, tetapi tanpa racun tentunya.

Rujak Cingur

Ilustrasi Rujak Cingur (sumber: akurat.co)
Ilustrasi Rujak Cingur (sumber: akurat.co)
Rujak Cingur adalah makanan khas Jawa Timur yang banyak ditemukan di kota Surabaya. Kuliner ini ternyata berhubungan dengan Firaun dan negara mesir.

Alkisah suatu waktu Firaun mulai bosan dengan makanan istana. Ia kemudian menitahkan seluruh juru masak di penjuru negeri untuk membuat makanan yang paling enak bagi dirinya. Sayangnya, tidak ada satu pun yang berkenan.

Kemudian dikisahkanlah seorang yang bernama Abdul Rozak. Ia ingin menghidangkan satu jenis makanan ciptaannya kepada Firaun. Ternyata, masakannya sangat disukai oleh sang raja.

Firaun yang sangat senang kemudian memberikan hadiah kepada Rozak dan mengangkatnya menjadi juru masak istana. Akan tetapi, Rozak menolaknya dan hanya meminta sebuah kapal untuk mengembara.

Dikisahkan bahwa Abdul Rozak kemudian berlayar hingga sampai ke kota Surabaya. Di sini ia menyebarkan resepnya kepada penduduk setempat. Karena tidak ada unta, maka "cingur" sapi pun menjadi pengganti.   

Mengapa ada tambahan Rujak? Ternyata kata tersebut berasal dari kesalahan lafal "Rozak" dari nama sang juru masak.

Sambal Nyale

Ilustrasi sambal nyale (sumber: today.line.me)
Ilustrasi sambal nyale (sumber: today.line.me)
Nyale merupakan sejenis cacing laut yang oleh bahasa lokalnya disebut sebagai Bokosawu Nyale. Uniknya, Nyale ini hanya bisa ditemukan setahun sekali melalui prosesi berburu nyale (bau nyale).

Nyale bagi masyarakat Sumba Barat adalah bahan makanan utama untuk pembuatan makanan khas daerah setempat, yakni, Sambal Nyale. Sebagaimana kuliner lainnya, Nyale juga memiliki kisahnya sendiri.  

Awal mula kisah nyale berasal sejak zaman dahulu kala melalui cerita rakyat yang diturunkan dari mulut ke mulut. Alkisah sebuah kerajaan yang berdiri di pesisir pantai selatan Pulau Lombok. Kerajaan tersebut dipimpin oleh seorang raja bernama Tonjang Beru dan permaisurinya, Dewi Seranting.

Raja Tonjang Beru memiliki seorang puteri cantik jelita yang bernama Putri Mandalika. Kecantikan sang puteri kemudian membuat para pangeran di seantero negeri berebutan untuk memilikinya.

Karena menjadi rebutan, sang puteri akhirnya memutuskan untuk tidak memilih salah satu di antaranya. Hal ini ia lakukan untuk menghindari kekacauan yang mungkin saja bisa terjadi. Ia pun memutuskan untuk mengorbankan jiwanya sendiri dengan terjun ke laut Pantai Seger Kuta.

Setelah kejadian itu, di Pantai Seger Kuta bermunculanlah binatang kecil yang jumlahnya sangat banyak dari dasar laut. Binatang tersebut pun diberi nama "Nyale," dan diyakini sebagai perwujudan dari Putri Malandika.

**

Menarik bukan? Kuliner di Indonesia memang tiada duanya. Beberapa bahkan sudah meraih prestasi dunia, seperti Rendang yang dinobatkan sebagai peringkat pertama makanan terenak dalam "World's 50 Most Delicious Foods versi CNN International" pada tahun 2011.

Hingga kini masakan Indonesia terus berevolusi. Sebagian terpengaruh oleh budaya asing yang mendunia, sebagian lagi masih merupakan kreasi anak bangsa sendiri yang berpacu pada kearifan lokal.

Ada sebuah kutipan dari Anthelme Brillat-Savarin, "Katakan padaku apa makananmu, maka akan kuberitahu seperti apa dirimu."

Rasanya kutipan ini sangat tepat untuk menggambarkan kita sebagai orang Indonesia.

Makanan Indonesia pada dasarnya kaya rasa, kaya ragam, kaya budaya, dan selalu nyaman dinikmati. Dengan demikian, mengacu pada kutipan tersebut, seharusnya orang Indonesia adalah bangsa yang "Bhinneka Tunggal Ika."

"Berbeda-beda tetapi tetap satu, apalagi jika makan beramai-ramai."

Referensi: 1 2 3 4

SalamAngka

Rudy Gunawan, B.A., CPS

Numerolog Pertama di Indonesia -- versi Rekor MURI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun