Sebenarnya kalau mau dianggap santai, ramalan bukanlah sesuatu yang sakral. Ia hanya merupakan bentuk komunikasi umum yang marak terjadi. Akan menjadi hangat jika menarik dua pelaku, tetapi akan menjadi angin lalu jika salah satunya berlalu. Â
Prediksi sepak bola hingga ramalan pilpres, semuanya terasa wajar jika berada di warung kopi. Tidak ada yang tahu pasti apakah ramalan tersebut benar, hingga betul-betul terjadi.
Lantas mengapa ramalan Mba You ramai berapi? Tiada lain karena kamu, kamu, dan kamu yang senang menanggapi.
Ada sebuah teori psikologi tentang Barnum EffectÂ
Barnum Effect atau Forrer Effect adalah fenomena psikologis dimana seseorang cenderung menerima pernyataan ambigu sebagai deskripsi akurat atas kepribadiannya sendiri.
Hal ini kemudian menimbulkan manipulasi psikologis terhadap kejadian yang seharusnya terjadi secara umum, tetapi dibuat seolah-olah hanya terjadi pada kondisi pribadi atau kondisi tertentu.
Fenomena ini dapat dijelaskan seperti pada saat Anda sedang membaca ramalan Horoskop. Tanpa disadari, otak Anda akan dengan sendirinya mencari kesesuaian ramalan dengan kejadian penting pada dirimu, meskipun hal tersebut bukanlah yang paling dominan. Â
Dengan demikian, manusia yang mendengarkan ramalan, sebenarnya hanya ingin merasa yakin bahwa apa yang dipikirkannya adalah benar.
Baca juga: Mengapa Anda Memercayai Ramalan Paranormal
Pun halnya dengan teori Sosiologi tentang Self-fulfilling Prophecy
Bahasa Indonesianya adalah Ramalan Swawujud, yang merupakan ramalan terhadap sesuatu hal yang diiringi dengan keyakinan yang kuat.
Ramalan Swawujud sebenarnya bukanlah sebuah ramalan yang akan terjadi, tapi lebih kepada penafsiran keliru terhadap suatu kondisi. Namun, karena telah diyakini maka tanpa disadari akan menimbulkan perilaku dan usaha baru untuk mewujudkan hal yang pada awalnya "keliru" kemudian menjadi nyata.
Setelah hal tersebut menjadi kenyataan, maka cerita akan dirangkaikan sebagai bukti bahwa ramalan tersebut benar.