Peristiwa jatuhnya Sriwijaya Air SJ 182 masih menghiasi percakapan di media sosial. Perkembangan terakhir adalah ditemukannya salah satu dari dua kotak hitam pesawat yang diharapkan dapat menguak misteri jatuhnya pesawat ini.
Duka yang mendalam menyelimuti khayalak. Kejadian yang sama diharapkan tidak akan terjadi lagi. Polemik mengenai apa yang bisa dilakukan oleh maskapai penerbangan atau perusahaan pembuat pesawat ramai didengungkan.
Harapan terhadap perkembangan teknologi industri penerbangan terbelah menjadi dua kubu. Yang pertama mengharapkan adanya fitur canggih seandainya pesawat menjadi tidak terkendali. Kubu kedua lebih fokus kepada fitur yang dapat membuat pengalaman penerbangan menjadi lebih nyaman tanpa kecelakaan.
Terlepas dari polemik ini, pertanyaan yang menggelitik datang dari "seberapa jauhkah pengetahuan manusia dapat membuat perjalanan udara menjadi lebih aman dan nyaman?"
Untuk itu, penulis mengajak pembaca untuk melihat kecanggihan Air Force One, pesawat resmi Kepresidenan Amerika Serikat yang ditenggarai sebagai pesawat udara yang paling canggih di dunia.
Kedigdayaan industri pesawat udara Amerika Serikat terkenal lewat perusahaan Boeing. Perusahaan yang yang memproduksi pesawat Sriwijaya Air. Lantas dimana letak perbedaannya dengan Air Force One yang juga diproduksi oleh Boeing?
**
Salah paham yang paling besar mengenai Air Force One adalah pesawat yang terkenal karena kemewahannya. Padahal, pesawat ini juga memiliki fitur keamanan yang sangat canggih dan mampu menjadi pusat komando dalam keadaan darurat.
Hal ini sudah pernah dilakukan di masa kepresidenan George W Bush, pada saat serangan teoris berlangsung di Amerika Serikat, 2001 lalu. Bush mengubah Air Force One menjadi pusat komando di tengah perjalanannya kembali ke Washington, D.C.
Yang pasti, pesawat yang mampu memuat sekitar hampir 100 orang ini memiliki teknologi yang mampu menghindari dari serangan jet tempur. Pesawat ini dilengkapi dengan radar yang mampu mendeteksi ancaman udara, sekaligus menghindari misil dengan flare deteksi panas bila ada serangan udara.
Selain mampu terbang mendekati kecepatan super sonik, pesawat ini juga bisa digunakan untuk mengitari setengah perjalanan bumi tanpa mengisi bahan bakar.Â