Mohon tunggu...
Acek Rudy
Acek Rudy Mohon Tunggu... Konsultan - Palu Gada

Entrepreneur, Certified Public Speaker, Blogger, Author, Numerologist. Mua-muanya Dah.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Filsafat Taoisme, Menggapai Kebahagiaan Tertinggi dengan Prinsip 3-3-7

10 Januari 2021   06:24 Diperbarui: 10 Januari 2021   07:13 5735
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Secara mendalam lagi, Tao adalah tatanan alami semesta yang berhubungan erat dengan intuisi manusia. Dengan menyadari kenyataan ini, manusia dapat menyadari potensi kebijaksanaannya masing-masing secara lebih mandalam. 

Pengalaman intuitif ini tidak bisa didapatkan dari teori atau konsep semata, melainkan harus dijalani melalui pengalaman hidup yang aktual.

Dalam era modern, kita mengenal ajaran Tridharma, yaitu penggabungan tiga ajaran filsafat yang memengaruhi kebudayaan Tionghoa dan sejarah China sejak 2500 tahun yang lalu.

Tridharma terdiri dari ajaran Buddhisme, Confucianisme, dan Taoisme. Meski demikian, ketiga aliran ini sebenarnya memiliki perspektif yang berbeda.

Buddhisme menganggap hidup adalah penderitaan. Oleh sebab itu, adalah tugas manusia untuk membebaskan dirinya dari kenyataan pahit. Confucianisme memandang hidup dari warna 'abu-abu.' Sehingga perlu sebuah aturan moral agar manusia dapat terkontrol.

Sementara Taoisme berpendapat bahwa hidup itu indah sepanjang manusia dapat berseleras dengan alam. Alam adalah guru yang mengajarkan keharmonisan dalam kehidupan yang akan membawa diri kepada kebahagiaan.

Tanpa bermaksud untuk mengecilkan ajaran Buddhisme dan Confucianisme, tulisan kali ini akan membahas mengenai konsep-konsep filsafat Taoisme, yang mungkin bisa berguna bagi diri kita pada era yang sulit ini.

Wu-wei, Kebahagiaan Tertinggi

Dalam Taoisme, Wu-wei adalah tujuan utama. Ia merupakan kebahagiaan tertinggi. Secara harafiah, Wu-wei berarti "tidak berbuat apa-apa." Namun, bukan berarti tidak melakukan apa-apa.

Ajaran Wu-wei mendorong manusia untuk berbuat tanpa mengejar apa pun. Dengan kata lain, berbuat sewajarnya dengan hati yang paling jujur. Misalnya kalau lapar ya pergi makan, tidak perlu berpura-pura masih kenyang. Jika sakit, jangan berpura-pura masih kuat, dan jika tidak suka, katakan yang sejujurnya.

Menyampaikan hal yang tidak benar pada intinya akan melawan prinsip Wu-wei, dan itu sama dengan melawan kodrat.

Mencari kebahagiaan dalam Wu-wei adalah menikmati prosesnya. Kebahagiaan bukanlah hasil akhir, namun seluruh hal yang dilalui secara alamiah. Caranya adalah hidup tanpa ketegangan. Memaksakan diri untuk mencari kebahagiaan pada akhirnya akan menghasilkan penderitaan. Hal ini bisa juga disebut sebagai prinsip kewajaran.

Tiga Karakter Utama

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun