Mohon tunggu...
Acek Rudy
Acek Rudy Mohon Tunggu... Konsultan - Palu Gada

Entrepreneur, Certified Public Speaker, Blogger, Author, Numerologist. Mua-muanya Dah.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Suami Takut Istri, Budaya Patriarki Vs Semangat Feminisme?

6 Januari 2021   18:11 Diperbarui: 6 Januari 2021   18:23 781
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Suami Takut Istri (sumber: spring.org.uk)

Dave adalah seorang pria macho. Sebelum menikah ia selalu garang terlihat. Setelah menikah ia pun masih garang, tapi sudah mulai jarang terlihat. Sebabnya istrinya yang yang cantik bak kembang ternyata adalah batu karang yang suka melarang.

Jika ditanyakan, Dave hanya menjawab diplomatis, "aku kan sayang istri, bro." Padahal pancaran sinar matanya benar-benar menunjukkan aura ketakutan yang luar binasa.

Dalam kehidupan, fenomena suami takut istri cukup umum terjadi. Namun demikian, lelaki jarang mengakui kelemahannya. Baginya sebuah kekurangan adalah kelemahan yang bisa jadi bahan gosip orang sekampung.

Lantas apakah kamu adalah tipe pria seperti Dave? Apakah kamu penyayang istri atau istrimu benar-benar galak? Pernahkah kamu menyadarinya? Atau justru menyesalinya?

**

Sebetulnya jika masih dalam tahap yang wajar, hal ini justru bagus. Lelaki kadang tidak bisa mengambil keputusan. Apalagi jika sudah menyentuh masalah hati. "Tidak enakan" hingga "dianggap tidak mampu," sering menjadi alasan seorang lelaki terjebak dalam keputusan yang bisa merugikan dirinya.

Akan tetapi, jika rasa takut kepada istri sudah berlebihan maka hal ini tentu bisa memengaruhi kejiwaannya. Sebuah survei yang dilakukan pada 1000 laki-laki yang gagal dan bermasalah dalam pernikahan, diam-diam mengakui bahwa mereka takut pulang ke rumah setelah bekerja karena takut istri.

Lantas apakah sang istrilah yang harus disalahkan? Tentu tidak, karena permasalahan dalam keluarga tidak pernah melibatkan satu pihak saja. Untuk itu ada bagusnya untuk melihat alasan mengapa suami takut istri.

Berikut adalah 5 jenis tipe lelaki yang takut pada istri

Tipe Malas Berargumen

Lelaki pada umumnya tidak mau repot. Untuk itu ia akan cenderung menghindari perdebatan-perdebatan kecil yang berkepanjangan. Sementara wanita biasanya lebih detail. Ia selalu memiliki ratusan daftar pertanyaan dan pernyataan yang siap ia berondongkan kepada suaminya. Daripada bingung, suami memilih diam dan tidak menyakiti hati istrinya.

Tipe Pura-pura Sibuk

Tidak semua wanita bisa memberikan solusi bagi suaminya. Masalah pekerjaan di kantor kadang menjadi beban tersendiri bagi lelaki. Namun, jika diceritakan kepada istri, justru ia akan menambah beban baru bagi dirinya. Sang istri bisa saja menginterogasi dirinya layaknya direktur. Cara terbaik adalah dengan tidak membuat istrinya curiga terhadap beban pekerjaannya.

Tipe Pendosa

Manusia tidak luput dari kesalahan. Sebuah kesalahan bisa saja dimaafkan tapi tidak untuk dilupakan. Tidak jarang sang suami yang sudah pernah kepergok melakukan kesalahan akan dibuatkan 'Berita Acara' lengkap dengan detail kronologisnya. Bagaikan seorang pesakitan, ia memilih untuk diam selamanya daripada harus divonis lebih berat lagi.

Tipe Ketergantungan

Status sosial dan ekonomi seringkali menjadi penanda tingginya posisi seseorang dalam masyarakat. Seseorang dinilai dari pekerjaan, jabatan, hingga harta yang ia miliki. Istri kadang memiliki jabatan dan pekerjaan yang lebih tinggi dari suaminya. Memang bukan penyebab utama dari seorang suami takut istri, namun stigma di masyarakat sering menimbulkan itu.

Tipe Penyayang

Siapa bilang kalau semua lelaki takut istri hanya karena tekanan. Ada juga lho yang menyayangi istrinya dengan sepenuh hati. Sayangnya stigma yang berkembang di masyarakat tidak pernah memberikan ruang bagi tipe yang satu ini.

**

Sementara bagi istri, tidak ada salahnya untuk lebih kalem dan bisa memahami. Suami yang takut kepadamu bukanlah solusi rumah tangga yang baik. Para wanita juga diharapkan bisa memahami permasalahan ini secara subyektif. 

Apa saja permasalahannya?

Sikap Narsistik

Beberapa istri memiliki prinsip harus menjadi nomor 1 di dalam rumah. Meskipun suami seharusnya adalah kepala rumah tangga, tapi rumah diibaratkan sebagai daerah kekuasaan. Untuk mendapatkan posisi ini maka pertempuran harus dimenangkan. Jangan sampai terjerat dalam kecenderungan mencari-cari kesalahan suami untuk dibandingkan dengan kehebatan diri sendiri.

Memberlakukan Banyak Aturan

Untuk mengklaim daerah kekuasaan maka harus ada aturan yang dibuat. Suami yang sudah capek kerja tentu tidak bisa mengingat semua aturan yang sudah diterapkan. Akibatnya kehidupan rumah tangga bagai kehidupan kos-kosan yang ketat peraturan.

Kekhwatiran yang berlebihan

Memasuki masa krisis paruh waktu (midlife crisis) seorang wanita memiliki kekhwatiran yang berlebihan. Kekesalan ini kadang ia tumpahkan kepada suaminya dalam bentuk emosi negatif, seperti mudah tersinggung, gampang curiga, hingga selalu menuntut perhatian lebih.

**

Banyak ambigu yang sering terjadi di antara peranan suami dan istri. Bahkan filsafat Tiongkok Kuno yang diadopsi dari ilmu membaca wajah (Mian xiang), mengatakan, konon bentuk hidung yang bagus merupakan perlambangan dari dua hal sekaligus, yaitu kemakmuran dan istri yang baik.

Secara harafiah kemakmuran atau kekayaan terhubung dengan istri yang baik. Dalam pemikiran masyarakat kuno, kedua hal ini harus berjalan harmonis. Sayangnya, modernisasi berkembang ke arah sebaliknya. Dua hal yang seharusnya selaras kemudian menjadi sebuah persaingan yang tidak sehat. Bagaikan melihat siang dan malam dalam sebagai dua kubu yang bersebelahan.

Pun halnya dengan peribahasa "di belakang kesuksesan pria ada seorang wanita yang hebat." Peribahasa ini bagaikan pedang bermata dua. Jika positif, dianggap sebagai sikap yang saling mendukung. Namun, jika negatif ia akan terlihat sebagai sebuah kompetisi terhadap pengakuan.

Budaya Patriarki vs Semangat Feminisme

Tidak bisa dipungkiri bahwa gerakan feminisme yang mengutamakan emansipasi adalah bentuk perlawanan terhadp budaya patriarki yang didominasi oleh kaum lelaki.

Secara garis besar fenomena ini muncul sebagai keseimbangan alamiah dari peranan gender di tengah masyarakat. Efeknya akan sangat baik untuk kesetaraan hak bagi pasangan suami istri. Akan tetapi sayangnya banyak yang takabur dengan melihat perbedaan prinsip ini sebagai ajang untuk pembuktian kebenaran.

Budaya patriarki mengatakan bahwa lelaki harus bisa menguasai wanitanya, tapi emansipasi menyebutkan bahwa pria tidak akan bisa sukses tanpa dukungan wanita.

Dualisme pernyataan ini kadang membuat seorang lelaki akhirnya lebih memilih "gelar tikar sambil bakar menyan," daripada harus mengambil resiko sebagai lelaki yang tidak bisa menguasai atau menghargai wanitanya.

Sementara wanita yang mungkin merasa 'kalah hawa' dari suaminya kerap melakukan banyak hal agar terlihat berharga di mata lingkungannya. Syahdan, jalan yang ditempuh keduanya bisa menimbulkan perdebatan yang tidak perlu.

Sedikit dari Perspektif Numerologi

Sebagai seorang Numerolog yang cukup sering memberikan konsultasi, saya selalu tertarik dengan isu perseteruan suami istri. Bukannya kepo atau perusak rumah tangga orang, tetapi masalah rumah tangga adalah problema yang paling pelik di antara masalah lainnya.

Jika masalah bisa dianggap sebagai penyakit, maka problema rumah tangga adalah HIV. Ia adalah sumber penyakit yang bisa merusak imun tubuh. Ada semacam kepuasaan tersendiri bagi diriku jika dapat membantu pasangan suami istri untuk melewati problema rumah tangganya dengan baik.

Teknik yang aku gunakan adalah Kesesuaian Struktur Numerologi di antara pasangan. Saya tidak akan menjelaskan detailnya disini, tetapi tahukah kamu bahwa pada dasarnya setiap orang pasti memiliki celah kesesuaian di antara satu sama lain? Atau dengan kata lain, seberapa parah apa pun sebuah hubungan, pasti ada celah untuk berbaikan kembali.

Hal ini menandakan bahwa pertikaian itu tidak ada yang abadi. Sumber dari segala pertikaiaan justru datang dari kepentingan. Bagaikan angka 1 yang berdiri sendiri, ia memerlukan teman. Akan tetapi dari perspektif yang berbeda, bagi angka 1, kemunculan angka lainnya juga menandai adanya persaingan.

Dengan demikian, solusi terbaik yang bisa aku berikan kepada mereka adalah melihat keindahan dari perbedaan di antara keduanya. Tentunya dengan perhitungan numerologi dan makna filsafat angka yang aku kuasai.

**

Memendam masalah bukan solusi. Suami yang tidak mau bertengkar janganlah menghindar dari permasalahan. Tidaklah elok. Seburuk apa pun istri, ia tetap akan setia kepada lelakinya. Ia mungkin hanya ingin mencari perhatian dari dirimu. Camkan itu!

Melampiaskan kemarahan bukan solusi. Istri yang merasa diabaikan tidak perlu menunjukkan taringnya. Tidaklah patut. Sejelek apa pun suamimu, ia tetaplan imammu. Ia mungkin hanya tidak ingin mengkhwatirkanmu saja. Pahami itu!

Angka hadir di antara kenyataan dan ilusi. Ia hanya akan menjadi nyata jika sudah berhubungan dengan kuantitas, tetapi bukan berarti bahwa kualitas adalah ilusi.

Cinta hadir di antara dua insan. Ia mampu menjadi satu jika dua hati yang berbeda bisa saling mengisi. Tanpa itu, cinta hanyalah delusi!

Referensi: 1 2 3 4

SalamAngka

Rudy Gunawan, B.A., CPS

Numerolog Pertama di Indonesia -- versi Rekor MURI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun