Ada beberapa hal yang menjadi penyebab di sini:
Pertama, perasaan aman. Bukannya jika memarahi keluarga sendiri, risiko digebukin orang sekampung lebih kecil? Pikiran kita sudah terbentuk, jika memarahi suami, istri, atau anak, maka semuanya akan kembali baik-baik saja.
Kedua, stigma yang wajar di masyarakat. Pertengkaran dalam rumah tangga adalah urusan pribadi yang seyogyanya tidak untuk dicampuri. Sebarapa sering kamu marah dan terdengar tetangga? Seberapa sering tetangga datang untuk merelai masalah rumah tanggamu? Tidak banyak orang yang ingin mencampuri urusan keluarga, jika tidak betul-betul kelewatan.
Ketiga, bagian dari tradisi keluarga. Seringkali ada manusia yang dibesarkan dari keluarga yang sangat keras dan disiplin. Dimarahi ayah bunda dengan gaya militer, tanpa sadar membentuk karakter dalam dirinya untuk melakukan hal yang sama terhadap anak-anaknya.
Namun demikian, kita juga harus sadar bahwa sikap emosional yang berlebihan kepada keluarga sendiri, juga membawa dampak yang buruk. Tidak jarang terdengar kabar bagaimana seorang anak membunuh ibunya karena kesal terlalu sering disalahkan.
Untuk itu, ada bagusnya memahami hal apa saja yang bisa menyebabkan kemarahan pada keluarga?
Dikutip dari sumber (haibunda.com), ada beberapa alasan yang berpotensi menimbulkan suasana kelam ini:
- Kelelahan fisik dan mental
- Kurangnya dukungan dari keluarga
- Masalah persahabatan atau hubungan
- Kekhwatiran finansial
- Stres karena menjaga kerabat yang lanjut usia atau sakit
- Masalah pekerjaan
- Kurang waktu senggang untuk diri sendiri (me-time)
Setelah mengetahui penyebabnya, maka ada beberapa hal yang bisa kita lakukan untuk mengurangi friksi yang mungkin bisa menimbulkan potensi pertengkaran yang tidak perlu.
Menyediakan waktu dan anggaran untuk 'Me-time'
Jika seseorang sedang emosi, maka biarkanlah ia tenang tanpa harus dikekang. Jika kamu emosi, maka hindarilah bertemu dengan siapa pun yang bisa menjadi sasaran luapan kemarahan. Namun sebelum emosi itu muncul, maka carilah waktu untuk menyenangi dirimu sendiri.
Setiap orang memiliki cara untuk menikmati me-time. Sebagian memilih cara dengan membelanjakan uangnya membeli barang-barang mahal. Namun hal yang sederhana juga bisa dilakukan tanpa biaya yang besar. Berjalan-jalan di taman, meminum kopi di teras rumah, atau menulis artikel di Kompasiana, bisa menjadi pilihan yang murah meriah.
Hindari pembicaraan yang berasal dari sumber kekhawatiran
Ada bagusnya menerapkan aturan untuk tidak berbicara masalah pekerjaan saat berada di rumah. Pekerjaan itu penting, namun tidak bisa dipungkiri bahwa ia bisa menjadi sumber dari seluruh tekanan. Kecuali jika pasangan Anda menginginkan, maka kamu bisa mengkomodir. Namun usahakan yang dibicarakan adalah hal yang ringan saja, seperti gosip kantor atau kejadian lucu yang dialami.
Pun halnya jika ada hal lain yang menjadi sumber kekhwatiran, seperti orangtua yang sakit atau masalah keuangan. Hindarilah kepanikan dengan mendesak pasanganmu untuk memberikan solusi. Terlebih jika rasa frustasi datang menghampiri, jangan pernah menyalahkan siapa pun atas kondisi yang sedang dialami.