Selain daripada ini, masalah pencapaian juga sering datang menghantui. Apakah pencapaian selama ini sudah berada dalam bentuk titik kulminasi dalam? Atau apakah masih ada ambisi yang belum tercapai? Apapun itu, medio 40-an biasanya selalu membawa perasaan tidak puas.
Perasaan ini kemudian menimbulkan semacam evaluasi dalam diri sendiri. Berbagai pertanyaan kemudian datang menghampiri. Jawabannya hanya bermuara kepada satu sikap,
"Saya ingin berbeda, menjadi orang yang berbeda dari diriku sekarang."
Lantas apa saja hal yang umum terjadi pada krisis puber kedua?
Pria adalah tentang kesuksesan. Apa yang sudah dicapai harus terakreditasi. Menjadi genit dan centil adalah hal yang paling sering dituduhkan. Ada benarnya juga sih, mengingat budaya patriarki masih sangat umum terjadi. Kesuksesan kadang disematkan dengan penaklukan cinta.
Akan tetapi tidak semua orang memiliki pemahaman yang sama tentang arti kesuksesan. Pembuktian kesuksesan harus dilakukan dengan cara yang berbeda.Â
Penobatan diri sebagai "raja" biasanya dilakukan dengan membeli mobil baru, berpenampilan lebih muda, meskipun ada juga yang tidak melakukan apa-apa. Â
Puber Kedua juga Milik Wanita
Puber kedua tidak hanya tentang pria. Seorang wanita juga bisa mengalami hal yang sama, meskipun gejolak psikologisnya agak sedikit berbeda.Â
Gejolak perasaan pada wanita lebih tertuju kepada kekhwatiran. Istilah lainnya tentang puber kedua wanita kadang juga disebut sebagai perimenopause.
Anak yang sudah beranjak dewasa mendatangkan perasaan tidak lagi dibutuhkan. Orangtua yang sudah renta atau mungkin sudah meninggal membuat kekhwatiran tidak ada lagi tempat berbagi. Wajah yang sudah mulai berkerut menimbulkan keraguan terhadap cinta suami.
Berbeda dengan pria, wanita pada periode ini juga ditandai dengan perubahan fisik. Perimenopause menandai turunnya produksi estrogen secara bertahap.Â
Periode tersebut akan terus berlangsung hingga ovarium benar-benar berhenti melepaskan sel telur yang disebut juga dengan menopause. Â