Mohon tunggu...
Acek Rudy
Acek Rudy Mohon Tunggu... Konsultan - Palu Gada

Entrepreneur, Certified Public Speaker, Blogger, Author, Numerologist. Mua-muanya Dah.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Entong Tolo, Bandit Sosial "Robin Hood" dari Zaman Kolonial

29 November 2020   11:49 Diperbarui: 29 November 2020   11:55 733
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Residen juga siap menanggung biaya hidup Entong Tolo selama di perasingan. Biaya yang ditanggung adalah sebesar 10 florin sebulan, angka yang cukup besar bagi seorang buangan.

Ilustrasinya sebagai berikut: 1 florin setara dengan 7 kilogram gula. Dengan asumsi harga gula zaman sekarang berada pada kisaran 14.000 per kilo, maka total biaya per bulan yang dirupiahkan adalah sekitar 980 ribu rupiah.

Setelah memberikan tunjangan selama enam bulan, Residen Manado juga berkewajiban ntuk mencarikan pekerjaan buat Entong Tolo. Entah apa pekerjaan yang digeluti oleh Entong Tolo dan bagaimana aksinya sebagai mantan bandit selama terbuang di Manado, tidak ada keterangan terperinci.

Namun satu yang pasti, nama Entong Tolo masih dikisahkan dari mulut ke mulut. Turun temurun sebagai legenda rakyat bagi warga setempat atas kehebatan seorang Robin Hood dari Indonesia.

**

Kemunculan bandit di zaman kolonial bukan tanpa alasan. Petani telah kehilangan segalanya. Kebijakan Belanda mengubah banyak hal di pedesaan. Lalu petani kemudian menciptakan dunia tandingan. Dunia bawah tanah yang tidak terlihat.

"Dunia bawah tanah adalah dunia yang penuh misteri dan diliputi oleh kerahasiaan, yang semuanya serba tertutup dari luar jangkauannya," tulis sejarawan Suhartono.  

Dunia ini melegalkan tindakan perbanditan dengan mengizinkan kekerasan dan penjarahan harta benda. Semuanya dilakukan sebagai bentuk protes terhadap perubahan tatanan kehidupan di desa.

Para petani bahkan mampu menciptakan bentuk organisasi yang rapih atas aksi gelap mereka. Organisasinya sangat rahasia, sulit terjangkau, dan memiliki pembagian tugas serta pangkat sosial. Bedanya, mereka sangat tertutup dan hanya diketahui oleh para anggota saja.

Era gelap di zaman kolonial ini kemudian memunculkan banyak legenda setempat mengenai bandit sosial yang terkenal. Antara lain adalah Si Tjonat, Si Ronda, Si Gantang, Si Kesen, Si Oesep, dan Si Pitung.

    

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun