Satu Hari bukanlah kenangan, ia adalah akhir dari sebuah petualangan
Satu hari bukanlah harapan, ia adalah awal dari sebuah perjuangan
Satu hari di hari ini, bukanlah kisah tanpa kesempurnaan, kuasa Tuhan bukanlah bahan ejekan
Dua belas bulan menghalau semilir anila, menyentuh sukma, menggiring duka, membuka nestapa
Sang ibu memeluk anaknya, merasakan kehangatan yang tak lagi berkesudahan
Keharsaan tak lagi kekal, kesadaran telah menghancurkan impian
Aku meringkuh dalam sedih, menggeser tubuh rimpuh dalam sepi
Takada rangkaian kata mampu mengungkapkan aksamaku padamu
Dua ribu dua puluh tahun teriakan mengerikan menembus gelabah, kepongahan manusia telah membawa kematian
Satu, dua belas, dua ribu dua puluh, tengoklah langkah kakiku yang terhenti
Ke arah mana sukma kan membawaku pergi
Menunggu impian yang tak kunjung datang, jiwa merenung menanti jawaban
"Engkau ada di sini dan belum mati!"
Menyongsong fajar di dua, duabelas, dua ribu dua puluh, bukanlah angka yang menggetarkan nurani
Ke arah mana hati kan mengirisku pedihÂ
Menanti jawaban yang tak kunjung tuang, jiwa memaku menanti impian
"Engkau ada di sini dan belum nanti!"
Puisi Menyambut Setahun Pertamaku di Kompasiana
SalamAngka
Rudy Gunawan, B.A., CPS
Numerolog Pertama di Indonesia -- versi Rekor MURI
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H