86 artinya "Siap Komandan", 81 artinya "orang gila", versi buku togel (sumber dari Kompasianer Zaldy Chan)," 69? Mari kita tanyakan kepada satu-satunya sumber terpercaya (Kompasianer Indra Rahardian).
Sekilas ini adalah perbincangan singkat di grup whatsapp KPB mengenai pemahaman dari angka-angka.
Ada yang menarik, mengapa fenomena angka cantik selalu diisi dengan pemahaman ala cocokologi? Tidak hanya itu, seiring waktu berjalan, angka tersebut telah berubah semacam "bahasa resmi" dalam percakapan sehari-hari.
Angka adalah simbol kuantitas, tidak bermakna jika tidak memiliki satuan atau numerator pendamping. Sebuah deret angka yang acak dan mentah, seperti 743596281 tentu berbeda dengan angka 123456789. Padahal kedua deret angka tersebut sama-sama memiliki angka lengkap 1 hingga 9.
Pun halnya dengan angka cantik lainnya, seperti 212, 666, 911, dan lain sebagainya. Selalu memiliki arti sendiri dalam benak manusia.
Dalam psikologi, efek ini disebut dengan Apohenia, alias kecenderungan untuk selalu mencari arti di balik data yang acak, dan membuat hubungan terhadap sesuatu yang tidak berhubungan.
Lebih lanjut, efek ini kemudian menimbulkan sebuah fenomena psikologi yang bernama Paraiedolia, yang melihat / mengartikan stimulus acak (biasanya gambar atau suara) sebagai sesuatu hal yang dianggap penting.Â
Cobalah lihat awan putih di tengah langit biru. Apa yang kamu lihat? Gajah? Mobil? Atau jangan-jangan si dia yang telah merebut hatimu?
Pun halnya dengan fenomena yang biasa dijumpai pada benda-benda tertentu. Batu akik dengan lafadz "Allah" berharga hingga 8 milliar rupiah. Noda lembab di tembok yang menyerupai wajah "Yesus" menghebohkan masyarakat kota Kupang 20 tahun yang lalu. Pola acak berbentuk Dewi Kwan-Im di punguk penyu, menjadi viral di Taiwan.
Masih ingat fenomena suara di langit yang menyerupai bunyi terompet di berbagai belahan dunia? Sementara para peneliti tidak menemukan jawaban terhadap kejadian alam tersebut, masyarakat langsung memiliki jawaban, "dunia sudah mau kiamat."
Nah, yang lebih menarik lagi, sebuah studi di Finlandia mengatakan bahwa efek Pareidolia ini lebih banyak terjadi bagi mereka yang religius, atau memiliki keyakinan supranatural yang kuat. Mereka lebih cenderung melihat kemunculan sesuatu di tengah gambar acak yang tak berarti.
Sebagian partisipan diajak untuk menilai pola dari rentetan noda acak tak berarti. Tidak ada yang salah, jawaban mereka dinilai dari seberapa banyak gambar yang bisa muncul dari pemahamannya.
Orang yang bernilai tinggi, adalah mereka yang mampu melihat pola lebih banyak. Nah, ternyata mereka yang bernilai tinggi mengaku lebih sering mengalami kejadian-kejadian spiritual aneh.
Bahkan para ilmuwan yang terkenal berlogika pun tak luput dari kecenderungan ini. Dalam ilmu statistik, Apophenia disebut dengan kesalahan Tipe 1, atau berhubungan dengan pencarian pola yang sebenarnya tidak ada. Namun di sisi lain, ada juga kesalahan Tipe 2 yang berarti mengabaikan pola yang seharusnya menjadi petunjuk penjelasan. Nah, bingung kan?
Tidak dapat dipungkiri, Indonesia adalah negara plural yang terdiri dari berbagai jenis budaya yang berbeda. Eksistensi adat terjadi dengan memahami makna spiritual dari para moyang. Kearifan lokal seharusnya menjadi petunjuk bagaimana manusia menjadi penyintas kehidupan di tengah liarnya alam semesta.
Jika kita perhatikan, cerita rakyat, mitos kuno, hingga kepada karya fiksi dari masa lalu, unsur mistis selalu menjadi jawaban atas ketidakpahaman manusia terhadap misteri Tuhan. Sepanjang berisikan pesan moral yang bagus, maka seharusnya warisan moyang dipertahankan.
Oleh sebab itu, jangan terlalu kaget jika saya mengatakan bahwa keyakinan supranatural adalah bagian dari budaya bangsa ini. Kita sudah terbiasa menerimanya sebagai bagian dari pelajaran keluarga.
Apakah Apohenia dan Paraiedolia adalah gangguan jiwa? Meskipun ada yang mengatakan bahwa ini adalah gejala permulaan dari Skizofrenia ringan, namun sejujurnya kita membutuhkan fenomena ini untuk bertahan hidup.
Mau tahu contohnya? Mari kita kembali kepada teori statistik kesalahan type 1 dan type 2.
Bayangkan kamu sedang berjalan seorang di dalam lorong yang sepi, dan tiba-mendengar suara samar-samar dari rerumputan. Pikiran anda langsung mengarah pada dua opsi, 1) suara kucing, atau 2) suara penjahat yang ingin mencelakai.
Skenario 1, Jika kamu menganggap itu adalah suara penjahat dan berlari dengan kencang, namun pada kenyataannya adalah suara kucing, maka disebutkan telah melakukan kesalahan tipe 1. Artinya menemukan pola yang sebenarnya tidak ada.
Skenario 2, Jika kamu menganggap itu adalah suara kucing, dan ternyata adalah benar perampok yang akan mencelakaimu, maka disebutkan kamu telah melakukan kesalahan tipe 2. Artinya mengabaikan pola yang sebenarnya ada.
Dalam hal ini, insting manusia lebih mengarahkan dirinya untuk melakukan kesalahan tipe 2, dibandingkan tipe 1. Kesalahan mengabaikan pola yang sebenarnya ada dan akan membahayakan jiwa.
Itulah mengapa Apohenia dan Paraiedolia dianggap perlu, karena merupakan bagian penting dalam insting manusia untuk mempertahankan diri. Kecenderungan mencari hubungan dari serentetan peristiwa dapat juga membantu sebagai peringatan dini terhadap bahaya yang mungkin akan datang.
Keyakinan terhadap angka acak sebenarnya adalah sebuah fenomena psikologis yang dialami oleh banyak orang. Dari sisi Numerologi sendiri, penulis menyatakan bahwa pada dasarnya angka memiliki energi yang bersifat pribadi kepada setiap individu.
Energi ini disebut dengan kualitas angka. Mungkin tidak memiliki hubungan ilmiah dengan ilmu matematika, namun setiap keterikatan emosi terhadap sesuatu, akan mengarahkan seseorang untuk berpikir, berkata, dan bertindak.
Tidak usahlah ragu dengan makna angka-angka tertentu dalam benakmu, karena sebenarnya angka telah memiliki tempat tersendiri disana.
Apakah 212, 666, 911 memiliki makna tertentu? Mungkin saja cara berpikirnya sama dengan penyajian 69 dalam pikiran sucimu.Â
Lantas, jika anda terlalu sering melihat kemunculan angka 69, maka bisa saja itu adalah bisikan alam bahwa sudah saatnya menemukan jodoh yang ideal bagi si Ozzy.
Semoga bermanfaat!
SalamAngka
Rudy Gunawan, B.A., CPS
Numerolog Pertama di Indonesia -- versi Rekor MURI
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H