Terakhir setelah Kardinah sakit dan harus beristirahat atas saran dokter pribadinya, WP mengalami kemunduran. Kepengurusan sekolah itu akhirnya diambil alih oleh pemerintah dan dijadikan Kopschool atau sekolah kejuruan bagi kaum perempuan pertama di Indonesia, pada bulan Oktober 1924.
**
Selain sekolah, Kardinah juga membangun sebuah rumah sakit kecil. Belakangan, rumah sakit tersebut dikenal dengan nama Kardinah Ziekenhuis, atau Rumah Sakit Kardinah.
Hal ini ia lakukan karena prihatin dengan kondisi rakyat Tegal yang sakit dan tidak didukung oleh fasilitas Kesehatan yang memadai. Khususnya murid-murid perempuannya yang hanya bergelar tikar dan tanpa dukungan tenaga medis pada saat melahirkan. Di saat yang sama ia juga merombak pandangan masyarakat khususnya bagi mereka yang masih menggantungkan kesehatan terhadap hal-hal berbau klenik.
**
Ia banyak memberikan banyak bantuan kepada rumah penampungan orang miskin. Ia juga banyak membantu pengrajin perak yang bekerja dengan gaji yang sangat rendah di daerah pecinan. Bukan hanya itu, Kardinah juga mengajarkan para pengrajin ini untuk menabung uang ke bank, sehingga kesadaran masyarakat terhadap perbankan dan menabung menjadi jauh lebih besar.
Atas usahanya ini, Kerajaan Belanda memberi bintang Ridder van Oranje Nassau, kepadanya. Ia adalah orang Indonesia pertama yang mendapatkan penghargaan dari pemerintah Belanda. Setelahnya Dr. Tjipto Mangunkusumo juga pernah dianugrahkan penghargaan yang sama atas jasanya menangani wabah pes di Jawa.
**
Suaminya, Raden Mas Haryono menjabat sebagai bupati Tegal hingga tahun 1930, dan mengundurkan diri setelah sakit-sakitan. Pada tahun 1945, salah satu putrinya menikah dengan Raden Sunarjo yang menggantikan Haryono sebagai Bupati Tegal.
Kala itu Revolusi Indonesia mulai bergolak, dan beberapa daerah di Indonesia mengalami masa kekosongan kekuasaan. Sekelompok gerombolan yang sakit hati atas kolonialisme dan kekuasan kaum feodalis yang dianggap sebagai sekutu penjajah, kemudian mulai membalas dendam.