Meskipun kita baru belajar menulis pada saat duduk di bangku TK, namun sebenarnya menulis adalah aktivitas alami. Dibuatnya pakai 10 jari, dan untuk itulah maka jari diciptakan untuk manusia. Tentunya selain fungsi penting lainnya, seperti makan dan cebok.
Seiring perkembangan teknologi, ke-sepuluh jari kemudian beralih fungsi. Jari sudah sangat jarang digunakan untuk menuliskan hal-hal yang panjang. Pencatatan sudah tergantikan dengan gawai yang selalu siap menemani. Pun halnya dengan pulpen, yang semakin hari sudah semakin jarang terpakai.
Akan tetapi, tahukah anda bahwa proses menulis tidak saja hanya berguna sebagai pencatatan? Masih banyak lagi hal lain yang diulik oleh para ilmuwan mengenai manfaat yang terpatri dalam proses penulisan ini.
Menulis Mampu Membantu Menyerap Informasi
Aktivitas menulis ternyata adalah prose belajar yang sangat baik. Seorang mahasiwa yang mencatat dan mengetik, memiliki daya paham yang berbeda terhadap materi yang diterima melalui ceramah.
Hal ini dibuktikan dari sebuah studi yang diterbitkan oleh dua ilmuwan, yakni Pam Mueller dan Daniel Oppenheimer asal Amerika Serikat. Menurut mereka, seseorang akan lebih jeli mendengarkan informasi dan dituliskan dengan gayanya sendiri.
Saya sendiri termasuk seseorang yang senang mencatat dengan pulpen, dibandingkan dengan memasukkan informasi pada note di ponsel. Dalam setiap pertemuan penting, saya selalu membawa selembar kertas dan pulpen untuk menuliskan hal-hal penting.
Cara ini memang terbukti efektif, karena mencatat dengan menggunakan tombol qwerty tidak bisa memasukkan penekanan, seperti garis bawah, tanda seru, atau gambar-gambar yang menjadi kebiasaan saya dalam membuat sebuah catatan.
Selain itu, mengetik catatan akan membuat konsentrasi terbagi menjadi dua, antara penyerapan informasi dan memperbaiki typo. Sementara mencatat secara konvensional mampu menerjemahkan dan mengingat informasi dalam bentuk gaya penulisan sendiri. Salah tulis? Sisa dicoret aja toh!
Ajang Melepaskan Stress
Pernah mendengarkan tentang terapi menulis aktif? Disebutkan seseorang yang mempunyai banyak masalah, disarankan untuk mengungkapkan isi hatinya dalam bentuk tulisan pribadi. Konon cara ini cukup efektif untuk mengeluarkan beban di hati. Apalagi jika si pasien tidak memiliki sahabat yang mampu menampung curahan hatinya.
Selain itu, ada juga sebuah teori yang disebut dengan menulis untuk menggapai impian. Katanya sih, setiap orang memiliki keinginan dan cita-cita. Akan tetapi masalah yang terberat adalah karena mereka tidak pernah konsisten dalam mengejar apa yang diharapkan.
Nah, teori ini mengajarkan untuk mencatat keinginan diri dalam selembar kertas. Disarankan untuk setiap hari membacanya dengan penuh penghayatan. Bisa juga menambahkan satu atau dua oretan kecil atau mempertebal tulisan.
Niscaya jika diyakini, maka harapan yang ditulis akan menjadi kenyataan. Namun tentunya cara ini tidak bekerja seperti jimat aladin. Pada saat tulisan tersebut dibaca dan diorat-oret lagi, maka si penulis harus membarenginya dengan usaha-usaha nyata untuk menuju ke sana.
Studi yang pernah dilakukan oleh Stefanie Spera, James Pennebaker, dan Eric Buhrfeind pada tahun 1944, berhasil membuktikan hal ini kepada 63 insinyur yang sedang mencari kerja. Metode menulis tentang perasaan mereka selama 20 menit setiap harinya membuahkan hasil. Tiga hingga delapan bulan ke depan, ke-63 orang yang mengikuti terapi ini mendapatkan pekerjaan.
Sebagai Ajang untuk Mencegah Kepikunan
Kalau sering lupa, maka mencatatlah. Hal ini tidak hanya berarti secara harafiah, namun juga berhubungan dengan proses kimiawi dalam tubuh manusia. Berbagai riset membuktikan bahwa aktivitas menulis bisa menumbuhkan sinkronisasi di antara otak, syaraf, dan gerakan tubuh.
Dampak ini akan memberikan pengaruh kepada daya berpikir, pemahaman yang komprehensif, dan kemampuan analisis, yang akan meningkatkan kemampuan otak secara menyeluruh.
Selain itu, aktivitas menulis juga terbukti mampu meningkatkan kreativitas, karena otak yang sudah terbiasa diasah akan cenderung melahirkan ide-ide baru. Nah, mau tahu kenyataan lainnya? Ternyata menurut penelitian, mereka yang terbiasa menulis dengan tangan memiliki otak yang lebih besar lho.
Membuat Diri Lebih Rileks
Saya memiliki beberapa buku catatan kecil yang selalu berada di atas meja kerjaku. Buku tersebut tidak saja berguna untuk mencatat hasil meeting yang penting, namun juga semacam to do list dan ide tentang apa saja yang bermanfaat.
Nah, kebiasaan ini telah saya pupuk sejak tahun 2000. Di kala itu, saya termasuk orang yang susah tidur, akibat harus mengingat-ingat apa yang harus dilakukan untuk keesokan harinya. Sejak menuangkan seluruh isi kepala ke dalam catatan kecil itu, maka hati menjadi mantap bahwa semua ide tidak akan hilang begitu saja.
Pertanyaanya, mengapa tidak dicatat pada ponsel saja? Jawabannya karena tahun 2000 belum ada ponsel yang secanggih sekarang. Lagipula saya bukanlah milenial yang lebih senang mencatat di ponsel daripada menyimpan buku notes yang sudah tidak keruan bentuknya.
Namun harus diingat, bahwa manusia terdiri dari tiga bagian jiwa, yaitu Body (aksi), Mind (pikiran), dan Soul (Perasaan). Yang pasti bagi diriku, kegiatan menulis adalah salah satu ajang untuk mempersatukan ketiga bagian jiwa ini secara tepat. Lagipula memang menulis adalah keahlian dasar manusia yang sudah dikuasai jauh sebelum mengenal abjad dan angka.
Semoga Bermanfaat
SalamAngka
Rudy Gunawan, B.A., CPS
Numerolog Pertama di Indonesia -- versi Rekor MURI
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H