Mohon tunggu...
Acek Rudy
Acek Rudy Mohon Tunggu... Konsultan - Palu Gada

Entrepreneur, Certified Public Speaker, Blogger, Author, Numerologist. Mua-muanya Dah.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Artikel Utama

Filosofis "Yin-Yang" dalam Hubungan Ayah dan Anak Perempuannya

24 Oktober 2020   12:01 Diperbarui: 24 Oktober 2020   21:28 919
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Logo Yin-Yang (sumber: cio.com)

Ada mitos kuno yang mengatakan bahwa anak perempuan adalah reinkarnasi dari kekasih masa lalu ayahnya. Mungkin terdengar konyol, namun jika ditilik, tentu saja ada alasan mengapa hubungan emosional antara ayah dan anak perempuannya begitu erat.

Sosok Ayah adalah Lelaki Pertama bagi Sang Putri

Adalah filsafah Yin-Yang yang menyatakan bahwa di dunia selalu ada dua keseimbangan dari dua kekuatan berbeda yang saling melengkapi. Laksana siang dan malam, gelap dan terang, baik dan buruk, demikian pula dengan pria dan wanita yang saling mengisi.

Pangkal kekacauan di dunia ini bilamana terjadi ketidakseimbangan, bagaikan musim kemarau panjang yang membutuhkan air dalam pelukan, begitu pula dengan alasan mengapa budaya patriarki harus dilengkapi dengan gerakan emansipasi.

Kualitas Yang pada Lelaki dilambangkan sebagai energi yang melambangkan kekuatan fisik, ketegasan, dan wibawa. Sementara energi Yin yang lazim menjadi milik wanita, sering diasosiasikan dengan kelembutan, keanggunan, dan keindahan. Dunia akan menjadi kuat bilamana dua kekuatan yang berbeda ini menyatu menjadi satu, bagaikan sepasang insan yang saling mencintai.  

Seorang putri Yin akan merasakan kehadiran sosok ayah sebagai energi pertama Yang dalam kehidupan. Kekuatan emosional yang terjalin membuat dirinya mengenal arti dari keseimbangan duniawi. Setiap ayah adalah lelaki pertama bagi sang putri.

Didikan Ayah adalah Pelajaran Pertama Mengenai Perbedaan

Energi Yin dan Yang akan menjadi lengkap bila sifat feminim bercampur dengan energi maskulin. Meskipun kedua sifat ini sudah melekat pada kodratnya, sesungguhnya setiap gender memiliki dua energi yang berbeda dalam dirinya.

Lelaki memaklumi kodrat wanita, namun di saat yang sama ia juga harus belajar untuk mengembangkan sifat feminim dari dalam dirinya. Seorang wanita yang telah memilih seorang lelaki sebagai pendamping hidup, harus bisa belajar untuk menggantikan peran ayah saat dibutuhkan.

Ibu mencintai anaknya dengan penuh kasih sayang. Ia akan memberikan yang terbaik untuk selalu mendampingi dengan penuh kelembutan. Namun, seorang ayah akan membiarkan anaknya terjepit dalam masalah-masalah kecil untuk menemukan solusinya sendiri. Bukan karena tidak mencintai, tetapi tidak lain untuk mengajari diri tentang kenyataan hidup yang keras.  

Seorang putri akan merasakan cinta lelaki yang sesungguhnya dari Sosok Ayah 

Hal yang paling ribet dalam hubungan pasangan adalah tuntutan dari perbedaan. Seorang suami dituntut untuk mencari nafkah, dan seorang istri harus melayani keluarga. Masalah sepele kemudian menyeruak hanya karena istri lupa memasak. Pun halnya jika ekonomi sedang turun, seorang suami akan menjadi bulan-bulanan istri yang butuh sayur untuk direbus.

Akan tetapi cinta seorang lelaki kepada sang putri, adalah perlambangan dari cinta sejati tanpa pamrih. Sang anak gadis bisa saja berulang kali patah hati kepada lelaki pujaannya, tetapi tidak pada ayahnya.

Seorang ayah telah mencintai putrinya bahkan jauh sebelum ia lahir di bumi ini. Ia mungkin kelihatan tegas dan seringkali memarahi, namun ia tidak pernah menyakiti hati anaknya sendiri. Tak jarang sang putri mengidolakan sosok ayahnya berada pada diri sang suami, yang dapat mengusir laranya dengan caranya sendiri.

Seorang ayah akan mengarahkan putrinya menuju kedewasaan. Ia tidak akan cemburu jika anak kesayangannya sudah menduakan hatinya. Ia bahkan selalu berada di sisinya jika sang putri sedang kasmaran. Ia tidak segan menegur dan akan siap menjadi orang tengah untuk mempebaiki keadaan.

Pandangan ayah terhadap hubungan adalah sebuah pandangan netral yang adil. Melihat dari sisi yang tidak didasari oleh persepsi keakuan. Sebagaimana makna filosofis Yin-Yang terhadap keadilan, begitulah pandangan seorang ayah terhadap kebahagiaan anak perempuannya.

Sosok Ayah adalah Teladan bagi Anak Perempuan

Adalah naif untuk melihat filosofis Yin-Yang dengan satu mata saja. Artinya, lingkaran besar hitam dan putih, harus dilihat bersamaan dengan keseimbangan lingkaran kecil di dalamnya.

Seorang anak wanita akan bersikap dan berdandan seperti ibunya, namun ikatan batin dengan ayah sesungguhnya adalah pendorong utama baginya untuk membentuk karakter diri.

Seorang anak wanita adalah campuran dari kualitas Yin dari kodratnya sebagai seorang ibu dan juga kualitas Yang dari ayahnya yang menjadi panutan. Kehidupan sosial yang ditunjukkan adalah pencerminan dari bagaimana sang ayah memperlakukannya sebagai seorang sahabat sejati yang tak pernah akan mati.   

Akan Tetapi...

Wahai ayah di seluruh dunia, janganlah lupa bahwa anda adalah cerminan bagi putrimu. Meskipun rasa cintamu padanya tiada ragu, ia juga memiliki perasaan sebagai seorang manusia.

Caramu memperlakukan ibu dari anak-anakmu, keluarga, maupun para sahabat juga akan menjadi cerminan dari bagaimana seorang lelaki yang mulia bertindak.

Ingatlah bahwa konsep Yin-Yang adalah dua kekuatan yang berlawanan dalam sebuah interaksi yang dinamis. Apa yang kelihatan baik maupun jahat, pada dasarnya hanyalah sebuah keseimbangan. Apa yang hitam dan putih, pada dasarnya hanyalah persepsi sederhana mengenai ada dan tiada dalam sebuah pikiran.

Ilustrasi Logo Yin-Yang (sumber: cio.com)
Ilustrasi Logo Yin-Yang (sumber: cio.com)
Referensi: 1 2 3

SalamAngka
Rudy Gunawan, B.A., CPS
Numerolog Pertama di Indonesia -- versi Rekor MURI

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun