Watak terbentuk dari kebiasaan, yang dipengaruhi oleh pembelajaran hidup yang diterima melalui unsur internal dan eksternal.
Faktor lingkungan dan keluarga adalah dua unsur eksternal yang paling memengaruhi, sementara unsur internal sendiri adalah pengalaman-pengalaman hidup yang diterima oleh kelima indra manusia yang diproses melalui otak.
Watak manusia terbagi dua, yaitu baik dan buruk. Namun, tidak ada manusia yang sepenuhnya buruk, maupun baik. Setiap manusia pasti merupakan campuran dari kebaikan dan keburukan.
Namun demikian, siapapun setuju bahwa menghilangkan watak yang buruk, adalah usaha yang harus dilakukan tanpa putus asa.
Akan tetapi, apakah sesungguhnya, watak yang buruk itu?
Dalam Buddhisme, meditasi adalah salah satu cara untuk menenangkan diri, sekaligus mengembangkan kualitas baik manusia, agar kualitas yang berasal dari watak yang buruk akan terkikis.
Dikhususkan ada 40 obyek meditasi yang bagi 6 watak manusia yang harus dikikis. Ke-40 obyek meditasi tersebut terdiri dari:
- 10 wujud benda (obyek kasina)
- 10 wujud kekotoran (obyek asubha)
- 10 macam perenungan (obyek anussati)
- 10 macam perenungan terhadap nibanna/nirwana (obyek upasamanussati)
Namun, pada artikel kali ini, saya tidak akan membahas mengenai obyek meditasi yang dimaksud. Jika anda ingin memahaminya lebih lanjut, silahkan mengklik tautan ini.
Saya lebih akan membahas mengenai 6 karakter manusia, dan membahasnya dari sisi yang lebih sederhana, agar kita dapat memahami apakah sebenarnya wujud dari watak yang harus dikikis ini.
Watak Nafsu (Raga Carita)
Watak ini sangat sensitif terhadap nilai keindahan jasmani. Mereka sangat melekat pada kenikmatan nafsu indera yang berhubungan dengan kecantikan wanita, maupun ketampanan pria. Ada dua jenis kategori terhadap watak nafsu ini.
Yang pertama adalah terobsesi dengan keindahan tubuh sendiri. Mereka akan terus menerus berusaha untuk menjaga tubuh dan wajah yang prima. Suka memamerkan keindahan fisik yang dimiliki, sehingga tanpa sadar akan terus menerus merasa tidak puas dengan apa yang dimiliki.
Untuk menjaga obsesinya, mereka tidak segan-segan melakukan perawatan tubuh dan wajah yang berlebihan, bahkan sampai kepada tingkat yang ekstrim, seperti operasi plastik atau mengonsumsi suplemen tiroid yang berbahaya bagi kesehatan.
Perilaku seksual menyimpang, seperti perselingkuhan, hingga kepada kejahatan seksual, seperti pemerkosaan, seringkali berawal dari Watak Nafsu ini.
Watak Membenci (Dosa Carita)
Karakteristik yang meliputi watak ini adalah mudah tersinggung meskipun hanya masalah kecil. Mudah bosan, kesal, marah, cemburu, iri hati, dan dendam.
Hal ini juga mencerminkan pembawaan dirinya yang sangat kasar, selalu tergesa-gesa, dan kadang tidak segan-segan mencaci maki, bahkan memukul.
Penolakan halus biasanya bertransformasi dalam bentuk ketidakpedulian, cuek, malas, pura-pura bodoh, menghindari, atau bisa juga berkata-kata jelek di belakang orang yang tak ia sukai, seperti menghasut, atau memfitnah.
Watak Kebodohan Batin (Moha Carita)
Sifat dari orang dengan kebodohan batin adalah kurang berinisiatif, menggantungkan diri pada orang lain, pikirannya ruwet dan tidak tetap, tidak berani mengambil keputusan.
Biasanya manusia dengan kebodohan batin muncul dari seseorang dengan kekuatan kecerdasan yang lemah. Bukannya bodoh, namun mereka hanya malas berpikir saja. Mereka enggan belajar, dan selalu mengharapkan penjelasan dari orang yang berada di sekitar mereka.
Sebagai contoh, narkoba adalah barang yang terlarang, namun karena mengutamakan kenikmatan indrawi, maka mereka akan mengabaikan bahaya kesehatan, dan jerat hukum yang mengancamnya.
Watak Khwatir (Vitaka Carita)
Mereka yang tidak pernah tenang, pikirannya sering kacau dan tidak terkendali, sering cemas tentang sesuatu yang belum tentu terjadi, adalah mereka yang masuk ke dalam golongan Vitaka Carita ini.
Orang-orang seperti ini, seringkali merubah prinsip, sehingga terkesan tidak punya pendirian. Akibat terlalu tegang, takut, gelisah, dan tidak percaya diri, akhirnya sulit dipegang pernyataannya, maupun komitmennya.
Watak Mudah Percaya (Saddha Carita)
Ternyata menjadi orang yang terlalu polos juga tidak bagus. Mereka yang memiliki watak Saddha Carita, adalah golongan manusia yang sangat mudah percaya dan juga sangat mudah diyakinkan.
Mereka mudah menerima tanpa adanya usaha untuk mencari pengertian yang jelas. Sehingga orang dengan watak ini sangat mudah tertipu. Bukan hanya itu saja, mereka juga dapat menjadi agen-agen kebohongan.
Karena keyakinan mereka terhadap sesuatu yang berlebihan, maka mereka sering mencampurkan antara kenyataan dan ilusi. Sifat mereka yang mudah percaya, akhirnya ditularkan kepada orang lain, sehingga memunculkan kesalahan persepsi, kesalahan informasi, bahkan kesalahpahaman.
Watak Intelek (Buddhi Carita)
Jika seseorang yang terlalu bloon tidak baik, begitu juga dengan seseorang yang terlalu pintar. Watak yang bernama Buddhi Carita ini, lazim dimiliki oleh mereka yang cerdas dan berpengetahuan luas.
Sebagai akibatnya, mereka akan muncul mempertahankan pengetahuannya, demi menjaga gengsi. Orang seperti ini cenderung tidak ingin mendengarkan pendapat orang lain, karena merasa lebih pintar.
Kelebihannya ini kemudian dapat menyeret mereka lebih dalam ke jurang kesombongan, keangkuhan, hingga selalu merasa dirinyalah yang paling segala-galanya.
**
Meskipun keenam watak manusia ini dijelaskan secara terpisah, namun pada dasarnya setiap manusia pasti memilkinya dengan bobot yang berbeda-beda.
Watak buruk yang disebutkan diatas, tidak bermaksud untuk membagi manusia berdasarkan keburukannya, namun untuk menyadarkan, bahwa diri kita sebenarnya memiliki kualitas rendah yang harus dikikis.
Disebutkan bahwa ada 40 obyek meditasi yang dapat membantu, namun sebelum berpikir terlalu jauh, penggolongan keenam karakter buruk ini, sudah bisa membuka mata kita, mengapa kita harus mengikis watak yang buruk dan mengenai apa manfaat dari meditasi.
Perlu diwaspadai bahwa keenam karakter manusia ini adalah hal yang harus dikikis agar tidak tumbuh subur. Kesehatan mental akan menjadi ancaman, jika hal ini akan dibiarkan terus menerus.
SalamAngka
Rudy Gunawan, B.A., CPS
Numerolog Pertama di Indonesia -- versi Rekor MURI
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H