Mohon tunggu...
Acek Rudy
Acek Rudy Mohon Tunggu... Konsultan - Palu Gada

Entrepreneur, Certified Public Speaker, Blogger, Author, Numerologist. Mua-muanya Dah.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Misteri 9 Naga Indonesia, Mitologi, Etnologi, dan Oligopoli

8 Oktober 2020   20:12 Diperbarui: 25 Mei 2021   06:29 9669
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mitologi 9 naga di Indonesia. | Ilustrasi Naga (sumber: senibudayaasia.com)

Bagaikan misteri, sosok 9 Naga penguasa ekonomi Indonesia selalu muncul dan tenggelam. Terakhir, isu ini diangkat pada saat pertarungan politik pilpres 2019 lalu.

Adalah tim pemenangan paslon 02 (Prabowo-Sandi) yang mencetuskan kembali. Menurut mereka, ketimpangan kesejahteraan disebabkan adanya 9 naga yang merupakan 9 figur misterius yang menguasai perekonomian nasional.

Oligopoli judulnya, isinya adalah bentuk persaingan yang tidak sempurna, dimana hanya terdapat beberapa produsen yang berkuasa dalam pasar bebas. Katanya sih tidak sehat, karena dilandasi dengan aksi menahan perusahaan-perusahaan potensial masuk ke dalam pasar.

Lebih lanjut, tim pemenang juga menjanjikan mengubah pengaruh 9 naga ini menjadi 90 naga, jika Prabowo terpilih sebagai presiden.

Kisah 9 naga penguasa ekonomi Indonesia, pertama kali mencuat di tahun 90an, menjelang akhir pemerintahan Soeharto. Media yang menyoroti hal ini, menekankan ketimpangan ekonomi Indonesia yang dikuasai oleh sang presiden dan kroni-kroninya.

Baca juga: Mengenal Thay Sui, Mitologi 60 Dewa yang Menjadi Dasar Terciptanya 12 Shio

Meskipun sudah ada beberapa nama yang mencuat di benak masyarakat, keberadaan pasti dan label 9 naga ini masih merupakan praduga semata.

Beberapa nama besar yang pernah disebut di medio 90an, sekarang nampaknya sudah tidak berkibar lagi. Beberapa pengusaha yang konon masuk ke dalam grup ini, bahkan belum ada apa-apanya di zaman Soeharto.

Sejujurnya, Konotasi ini pun sangat negatif. Kondisi kepincangan dihubungkan dengan 9 naga yang sangat identik dengan budaya etnis tertentu. Selain itu, secara etnologi, kata naga ini sangat berhubungan dengan "kekuasaan yang besar".

Dengan demikian, penulis akan membahas mengenai 9 naga ini dari sisi mitologi kebudayaan, dan juga pemahaman filosofis yang terkait di dalamnya.

Mitos Naga di Berbagai Dunia

Naga memang sangat identik dengan negara Tiongkok, namun sesungguhnya, banyak juga budaya lainnya yang mengenal naga dalam mitologinya, seperti Wyvern dari Inggris, Yamata No Orochi dari Jepang, Akhekh di Mesir, Hydra Yunani, hingga Ular Naga dari Indonesia.

Foto Wyvern (sumber: dododex.com)
Foto Wyvern (sumber: dododex.com)
Sebagian besar budaya ini menggambarkan naga sebagai mahluk reptil raksasa yang bisa terbang, dan mengeluarkan api. Secara umum, naga adalah tokoh antagonis dalam berbagai legenda rakyat.

Hal inilah yang sedikit membedakan persepsi naga bagi bangsa Asia pada umumnya, dan Tionghoa pada khususnya.

Mitologi Naga Tiongkok Kuno

Sejarah naga dalam mitologi Tiongkok kuno juga mengandung banyak filsafat. Dalam kepercayaan, naga disebut sebagai mahluk surgawi yang dapat membawa keberuntungan dan juga kekayaan.

Hingga kini, kepercayaan ini masih melekat erat dalam budaya. Pada perayaan hari-hari besar Tionghoa, simbol naga selalu melekat dengan hal-hal yang baik dalam kehidupan.

Ilustrasi Naga Tiongkok (sumber: wikipedia.org)
Ilustrasi Naga Tiongkok (sumber: wikipedia.org)
Selain itu, naga juga diasosiasikan dengan tokoh-tokoh besar dan kuat, seperti dewa penguasa langit, gunung, dan laut, serta para kaisar Tiongkok.

Tempat-tempat sembahyang Taoisme, ukiran atau patung naga adalah suatu hal yang pasti. Melambangkan bagaimana kekuatan naga sangat lekat sebagai mahluk Surgawi.

Secara bentuk, naga memang terdiri dari beberapa gabungan hewan duniawi. Badannya seperti ular, bertanduk rusa, bercakar burung elang, dan bergigi taring seperti buaya. Gabungan ini tentunya memiliki makna filosofisnya tersendiri.

Filosofis keseimbangan Yin-Yang juga sangat memengaruhi konsep naga bagi bangsa Tiongkok Kuno. Naga yang mewakili lelaki yang kuat, berwibawa, dan tegas, ternyata memiliki pasangan yang bernama Burung Hong (Phoenix).

Ilustrasi Burung Hong (sumber: tionghoa.info)
Ilustrasi Burung Hong (sumber: tionghoa.info)
Burung Hong sendiri digambarkan sebagai seekor burung mitologi raksasa, dan mewakili sifat kelembutan, kesucian, dan keanggunan seorang wanita. 

Baca juga: Mengurai Mitologi "Sandekala", Larangan Anak Keluar Rumah Jelang Magrib

Angka yang paling melekat pada naga adalah 9. Banyak karya lukis dan ukir yang memunculkan penampakan 9 ekor naga, salah satunya yang paling terkenal adalah Tembok 9 Naga di Istana Terlarang (Forbidden City), Beijing, China.

Tembok 9 Naga di Forbidden City (sumber: tionghoa.info)
Tembok 9 Naga di Forbidden City (sumber: tionghoa.info)
Selain karena angka 9 memang adalah angka yang dianggap menguntungkan, ada pula kisah 9 ekor anak naga. Setiap anak naga dikisahkan memiliki tugas tertentu. Tugas tersebut mewakili wataknya masing-masing.

Mereka adalah:

Qiuniu, naga yang menyukai musik, dan biasanya digunakan untuk menghias alat musik.

Yazi, naga mematikan yang digunakan untuk menghiasi pegangan pedang atau senjata lainnya.

Chaofeng, naga singa yang suka berada di sebuah tepian. Naga ini diletakkan di keempat sudut atap.

Pulao, naga yang suka menangis. Naga ini diletakkan di atas lonceng dan digunakan sebagai pegangan.

Suanni adalah naga duduk. Naga ini kerap menghiasi dasar patung-patung arca dewa.

Bixi, naga besar seperti kura-kura yang bertugas membawa barang, ditempatkan di bawah monumen makam.

Bi'an, naga yang berhubungan dengan masalah hukum, dan ditempatkan di gerbang penjara, untuk berjaga-jaga.

Fuxi, naga yang menyukai sastra, ditempatkan di sisi monumen kuburan.

Chiwen, naga yang suka menelan ditempatkan di puncak atap rumah.

Selain itu, ada juga versi berbeda mengenai 9 jenis naga;

Tianlong sang naga langit, yang bertugas sebagai penjaga langit dan penarik kereta bagi Raja Langit.

Shenlong, Dewa pengendali angin dan hujan.

Fucanglong, adalah naga penjaga harta karun, baik alam dan buatan manusia. Gunung berapi dikatakan diciptakan ketika Fucanglong meledak keluar dari tanah untuk melaporkan ke surga.

Dilong, adalah naga bumi yang bertugas menjaga alam umat manusia.

Yinglong, adalah naga tertua dan satu-satunya yang memiliki sayap.

Qiulong, adalah naga terkuat.

Panlong, adalah naga air yang diyakini sebagai penunggu Danau Timur.

Huanglong adalah Naga Kuning yang dikenal sebagai Naga Pengetahuan.

Long Wang adalah Raja Naga yang berkuasa atas empat lautan timur, selatan, barat, dan utara. Meskipun bentuk sejati mereka adalah naga Long wang memiliki kemampuan untuk berubah wujud ke dalam bentuk manusia. Long Wang ini juga kadang dianggap perwujudan dari Kaisar Langit.

Naga adalah simbol keberuntungan dan kemakmuran, bagi kebanyakan bangsa Asia, sementara bangsa Eropa justru mengasosiasikan kekayaan dengan cara membunuh naga.

Dari sini, kita sudah dapat melihat bagaimana perbedaan pandangan orang barat dengan Asia mengenai Naga. Bagaimana dengan Indonesia sendiri?

Naga sendiri sudah merupakan bagian dari kultur Nusantara sejak berabad-abad yang silam. Bukti pengakuan ini kebanyakan ditemukan pada berbagai candi peninggalan dari zaman Majapahit, bahkan sebelumnya.

Meskipun Naga dalam kebudayaan Jawa kadang disebut sebagai Ular Naga, namun secara fisik, Naga digambarkan bertubuh lebih besar dari ular. Ia sering digambarkan mengenakan mahkota dan perhiasan, bak bangsawan.

Baca juga: Orang Maluku dan Mitologi Nunusaku, tentang Mitos Asal-usul dan Peradaban Awal

Beberapa naga dianggap sebagai titisan atau jelmaan dewa. Mereka memiliki tugas sebagai penyangga bumi, seperti Ular Naga Sesa, Ular Naga Basuki, dan Ular Naga Anantabogha.

Ilustrasi Ular Naga Anantabogha (sumber: historia.id)
Ilustrasi Ular Naga Anantabogha (sumber: historia.id)
Khusus yang terakhir ini, dalam kitab Agastyaparwa, atau salah satu Kitab Jawa Kuno yang berbentuk prosa, dikisahkan bahwa Pulau Jawa disanggah oleh Badawang Nala (wujud Kura-Kura), dan Ular Naga Anantabogha.

Referensi: 1 2 3 4 5

SalamAngka

Rudy Gunawan, B.A., CPS

Numerolog Pertama di Indonesia -- versi Rekor MURI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun