Abeng (nama samaran) adalah seorang pengusaha sukses. Ia meneruskan usaha orangtuanya yang bergerak di bidang properti. Selama masa manis-manisnya pertumbuhan ekonomi, bisnisnya naik berlipat berkali-kali.
Sayangnya, di suatu hari yang kurang cerah, Abeng harus menutup tempat usahanya, dan kabur entah kemana. Usut punya usut, ia terlibat utang judi yang bernilai fantastis!
Sudah bukan rahasia lagi, judi mematikan, menjerumuskan, menghancurkan, dan sederet kosa kata yang mengandung makna negatif.
Judi juga tidak pernah berakhir dengan cerita yang baik. Meskipun kita sering mendengar bagaimana seseorang bisa menang hingga ratusan juta, ia hanya menutupi miliaran lainnya dari kekalahan sebelumnya.
Ini belum termasuk kisah-kisah yang terdengar, bagaimana kehidupan seseorang yang hancur, gegara kecanduan akan aktivitas haram ini.
Lantas mengapa orang suka judi?
Karena pada dasarnya, kita suka dengan keberuntungan yang belum tentu pasti.Â
Produk keuangan, seperti bank, asuransi, bahkan menerapkan 'kelemahan'Â manusia ini untuk menarik investasi. Hadiah utama mobil mewah, hingga hadiah hiburan berupa nilai tunai, sering menjadi iming-iming bagi pelaku investasi.
Juga dengan pesta-pesta resmi zaman now, rasanya tidak afdol, jika tidak ada undian berhadiah yang dapat dibagikan kepada para undangan.
Cinta melawan logika, ini adalah frasa yang terbaik menggambarkan bagaimana para penjudi tidak bisa berhenti. Seorang psikolog dari Nottingham Trent University, Inggris, pernah melakukan survei terhadap 5.500 penjudi.
Riset yang menanyakan alasan mengapa penjudi tidak pernah berhenti, "memenangkan uang banyak", hanyalah alasan kedua, meskipun berada pada urutan pertama.
"Karena menyenangkan, karena enak, dan karena seru" adalah alasan pertama dari seluruh alasan-alasan tidak masuk akal lainnya.