Seperti pada Puisi Kompasianer Taufiq Rahman yang menyentuh hati, dengan judul:Â Gadis Kecil Penjual Kerupuk (klik di sini).
Lelaki yang dikisahkan dalam puisi tersebut, merasa sangat menyesal, karena telah mengabaikan seorang gadis penjual kerupuk yang sakit. Padahal jika diberi kesempatan, jangankan kerupuk, biaya rumah sakit pun mungkin akan ditanggungnya.
Sesungguhnya sang lelaki sudah menderita, karena pengabaian. Seandainya ia mengambil keputusan yang tepat, maka sebenarnya ia telah menerima ganjaran hadiah, dalam bentuk kebahagiaan dan kepuasaan hati.
Oleh sebab itu, beramal sesungguhnya memiliki efek langsung yang tidak dapat dihitung dengan uang, yaitu kebahagiaan akan datang menyertai.
Nah, ingin tahu, seberapa besarkah berkah yang akan diterima dari sebuah amalan? Caranya cukup mudah, "Berbahagiakah Anda setelah melakukan sebuah kebajikan?"
Semakin besar kebahagiaan yang Anda rasakan, semakin besar pula berkah yang akan Anda terima, karena sesungguhnya perasaan bahagia adalah sinyal kepada alam semesta, terhadap hukum sebab akibat. Â
Beramal adalah kombinasi antara keinginan dan kesempatan.
Seorang kawan yang merupakan praktisi regresi masa lampau, pernah mengatakan bahwa kekayaan si Ali berasal dari perbuatan masa lampaunya. Konon di suatu waktu, ia adalah seorang pejabat kerajaan yang sedang melakukan blusukan ke daerah pedesaan dalam wilayah kerajaan.
Hingga ia tiba pada sebuah desa yang sedang dilanda musibah kekeringan. Hatinya tergugah, dan dengan segala kekuasaan yang ia miliki sebagai pejabat kerajaan, ia memerintahkan pasukannya untuk membangun bendungan.
Akhirnya, seluruh desa bebas dari bencana. Sang pejabat tidak hanya menyelamatkan nyawa, namun, juga mengubah sebuah desa miskin, menjadi makmur.
"Saya ingin berdana untuk menyokong pembangunan bendungan, agar bisa kaya seperti si Ali" Ujar Bambang.
"Emang bisa? Dimana desa yang lagi dilanda kekeringan? Apakah kamu punya kekuatan dan kekuasaan yang besar untuk membangun sebuah bendungan?"