Jakob Oetama, meninggal dunia pada usianya yang ke-88, di RS. Mitra Keluarga Kelapa Gading (Rabu, 09.09.2020) akibat gangguan multiorgan.
Tokoh yang dikenang sebagai pendiri Kompas Gramedia grup ini meninggalkan nama yang akan selalu dikenang oleh bangsa Indonesia.
Hingga akhir hayat hidupnya, Grup Kompas-Gramedia di bawah kepemimpinannya telah bertrasnformasi menjadi raksasa bisnis di bidang media massa, toko buku, hotel, properti dan pendidikan.
Perjuangan hidupnya, tidaklah mudah. Diawali dengan pergulatan batin seorang guru SMP, yang memiliki cita-cita menjadi pastor, namun berakhir sukses sebagai wartawan dan juga pengusaha.
Pergulatan batin ini sedikit banyak menjadi batu loncatan bagi Jakob Oetama dalam menjalani kehidupannya. Di saat ia masih bimbang untuk menjadi guru atau wartawan, Pastow JW Oudejans memberikannya banyak masukan, hingga ranah jurnalis menjadi pilihan akhir mendiang.
Keteguhannya sebagai wartawan, dapat dilihat dalam kesehariannya. Meskipun Kompas Gramedia grup yang didirikannya bersama rekan Petrus Kanisius Ojong (PK Ojong), telah menjadi salah satu raksasa bisnis Indonesia, Jakob konsisten menyebut dirinya sebagai wartawan. Â
Karirnya sebagai pengusaha media, dimulai pada tahun 1963, ketika ia bersama sahabatnya, PK Ojong, mendirikan majalah Intisari, yang terinspirasi dari Reader's Digest asal Amerika.
Masih bersama Ojong, pada tahun 1965, ia mendirikan harian Kompas, yang kemudian tumbuh besar menjadi salah satu media papan atas di Indonesia.
Dalam menjalankan usaha, telah disetujui bahwa Jakob bertugas mengurus editorial, dan Ojong mengurusi bisnis. Namun semuanya menjadi tidak mudah, ketika PK Ojong meninggal mendadak dalam tidurnya pada tahun 1980.
Dipaksa untuk mengurusi bisnis, ia mampu mengtransformasikan KG grup menjadi sebesar sekarang. Namun Jakob mengakui bahwa kunci kesuksesannya menangani bisnis grup usahanya, adalah dengan "tahu diri tidak tahu bisnis".
Sifat ini muncul dari sebuah kerendahan hati luar biasa yang selalu melekat pada dirinya. Jakob tidak pernah merasa sombong atas apa yang dicapainya. Ia tidak pernah merasa miskin diantara orang kaya, juga merasa kaya diantara orang miskin.