Mohon tunggu...
Acek Rudy
Acek Rudy Mohon Tunggu... Konsultan - Palu Gada

Entrepreneur, Certified Public Speaker, Blogger, Author, Numerologist. Mua-muanya Dah.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Teknologi Manusia Beku ala Kapten Amerika Sudah di Depan Mata

5 September 2020   18:07 Diperbarui: 5 September 2020   18:22 560
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto James Bedford (sumber: sosok.grid.id)

Kapten Amerika bangun lagi setelah 'tidur' selama 70 tahun. Meskipun tidak disebutkan alasan, mengapa ia dibekukan, namun intinya dia harus berada pada skenario zaman now.

Pun halnya dengan berbagai kisah fiksi lainnya, khususnya perjalanan ke luar angkasa. Kita pikir secara logika saja, saking jauhnya perjanan antariksa, sehingga standar kecepatan cahaya menjadi patokan. Padahal kecepatan cahaya sendiri adalah 1.080.000.000.000km per jam. Nah lho.

Dengan demikian, maka usia manusia tidak akan mampu untuk melakukan memenuhi ambisi eksplorasi angkasa luar yang sejauh-jauhnya.

Maka dari itu, pencinta fiksi kemudian menciptakan teori hibernasi, seperti yang dialami oleh Kapten Amerika. Tentunya dengan konsekuensi luar biasa. Pada saat kembali ke bumi, kamu harus bersiap-siap untuk kawin dengan cicit buyut mantan kamu.

Oke, fantasi adalah fantasi, tetaplah ngakak, hingga khayalan menjadi kenyataan.

Begitu pula halnya dengan cerita 'hiber-menghiber' ini. Konsepnya adalah mengubah standar tanda-tanda kematian. Secara umum, berhentinya detakan jantung dan tidak berhembusnya nafas adalah tanda kematian.

Namun dalam beberapa kasus, ada kejadian dimana seseorang hidup kembali, meskipun kedua tanda vital ini sudah menyatakan kematian. Ternyata dalam keadaan kritis, manusia dapat memperlambat jam metaboliknya, hingga akhirnya ia benar-benar mati.

Yang akan dilakukan oleh para dokter, adalah menciptakan kondisi ini dengan sengaja. Tubuh yang memperlambat metabolik tubuhnya, dapat tetap bertahan hidup hingga tujuh jam tanpa kerusakan sel permanen.

Akan tetapi, ada beberapa pra syarat yang harus dilakukan, yaitu tidak ada pendarahan yang fatal, baik eksternal maupun internal. Kedua, tidak ada kerusakan organ tubuh permanen, baik akibat kecelakaan, ataupun proses pembusukan dari dalam, dan ketiga, adalah bagian tubuh vital masih dalam keadaan utuh, alias tidak termutilasi.

Untuk melakukan hal ini, maka proses pembekuan seperti dalam bayangan pencipta karya fiksi, menjadi penting. Bukannya hanya teori saja, nyatanya para ahli telah melakukan percobaan ini kepada seseorang yang bernama James Bedford, dan ia adalah manusia beku pertama di dunia.

Foto James Bedford (sumber: sosok.grid.id)
Foto James Bedford (sumber: sosok.grid.id)
Pria yang merupakan seorang psikolog dari University of California ini, meninggal karena kanker pada tahun 1967. Sebelum meninggal, Ia merelakan para saintis menggunakan tubuhnya sebagai percobaan.

Entah apakah para saintis menyatakan bahwa dengan percobaan ini, suatu waktu ia bisa dihidupkan kembali, namun paling tidak itu adalah salah satu harapan dari percobaan ini.

Secara teori, konsep teknologi kriopsreservasi manusia, seseorang yang meninggal akibat penyakit, tubuhnya akan bertahan dari pembuskan, jika dengan cepat didinginkan dengan nitrogen cair pada suhu minus 196 derajat celcius.

Disebutkan bahwa pada suhu yang sangat rendah ini, sel-sel dalam tubuh tidak akan mati, malahan 'tertidur' sehingga masih memiliki harapan untuk berfungsi kembali.

Caranya adalah menunggu perkembangan teknologi, hingga ilmu kedokteran yang lebih superior dapat menyembuhkan penyakit penyebab kematian, barulah tubuh ini 'dicairkan', sehingga Bedford dapat hidup kembali.

Namun teknologi yang diharapkan terjadi, ternyata belum cukup maju di zaman itu. Dimetil sulfoksida yang disuntikkan padanya tidak dapat menjaga otaknya dari kerusakan dan sangat sulit diperbaiki lagi di masa depan.

Hingga saat ini, tubuh Bedford lainnya masih membeku dalam keadaan baik selama 53 tahun. Para ilmuwan tetap menjaganya dengan harapan suatu hari nanti, setelah adanya penemuan baru, ia mungin saja masih dapat dihidupkan, meskipun dengan otak sintesis.

Percobaan para ahli bukan hanya didukung oleh teori fiksi semata saja. Nyatanya ada beberapa kasus dimana seseorang yang sudah dinyatakan mati membeku, akhirnya hidup kembali.

Salah satunya adalah Mitsusaka Uchikoshi (35). Pada bulan Oktober 2006, ia terjatuh dari lereng gunung yang curam ketika berjalan sendirian. Tubuhnya tergelincir di sungai yang dingin, dan baru ditemukan 24 hari kemudian.

Saat ditemukan, Uchikoshi telah mengalami kegagalan organ dengan denyut nadi yang sangat lemah. Selama dalam keadaan tidak sadar, suhu badannya turun sangat drastis hingga 10 derajat celcius.

Akan tetapi ia akhirnya hidup dan tubuhnya pulih kembali. Shinichi Sato, MD, mengatakan, "Ia jatuh ke kondisi yang mirip dengan hibernasi dan banyak organ tubuhnya melambat, tetapi otaknya terlindungi."

Hingga kini para ilmuwan tak henti-hentinya mencari cara bagaimana teknologi pembekuan manusia dapat dilakukan dengan baik. Tujuan utamanya bukan menghidupkan orang mati seperti pada kasus Bedford, namun bagaimana menyelematkan nyawa.

Tidak main-main, Departemen Pertahanan Amerika Serikat, bahkan berani menggelontorkan anggaran sebesar US34 juta dollar Amerika, untuk proyek Biochronicity, dengan harapan ribuan nyawa tentara amerika dapat diselamatkan karenanya.

Caranya adalah dengan memperlambat atau menghentikan waktu hidup, seorang prajurit yang terluka dapat bertahan hidup lebih lama, setidaknya sampai tiba di lokasi aman dan diobati.

Dengan kegigihan dari dunia kedokteran, entah apakah suatu hari nanti teknologi pembekuan ini dapat menjadi kenyataan? Tidak ada yang tahu, hingga manusia menyadari bahwa hidup yang singkat sudah cukup, sepanjang perbuatan baik senantiasa terus dilakukan.

Referensi: 1 2 3 4

SalamAngka

Rudy Gunawan, B.A., CPS

Numerolog Pertama di Indonesia -- versi Rekor MURI

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun