Kalau baju sudah menumpuk, tiba saatnya untuk acara "bersih-bersih lemari". Manfaatnya banyak, selain untuk membuang barang yang tidak lagi terpakai, bisa juga untuk disedekahkan ke orang lain.
Istri tercinta malah punya alasan yang lebih masuk akal lagi (atau tidak masuk akal),
"Kan kapasitas lemari terbatas, jadi kalau kita kosongkan sebagian, artinya sudah saatnya beli baru."
"Ya,ya,ya... terserah kamu lah."
Acara "bersih-bersih lemari" ini selalu menimbulkan pro dan kontra, penuh pertimbangan dan strategi, bagai memilih Menteri Kabinet Indonesia Maju berikutnya.
Yang pasti, yang pantas jadi sasaran reshuffle adalah baju yang sudah sobek, yang sudah luntur, yang sudah lama, yang sudah bosan, yang ukurannya sudah tidak pas, dan lain sebagainya.
Yang masih layak menjabat adalah baju yang baru dibeli, baju yang masih sering dipakai, baju yang ukurannya masih cocok, baju favorit, baju kenangan, dan ratusan alasan lainnya.
Akibatnya, bukannya berkurang, isi lemari malah semakin hari semakin bertambah. Itupun kegiatan 'bersih-bersih lemari', seringkali dilakukan dengan acara 'lepas-ambil'.
"Eh, ini baju mahal lho", diambil lagi, meskipun sudah tidak pas.
"Tapi mungkin si Anu cocok ya." Disimpan lagi, mau nyumbang kok pakai pilih-pilih ya!
Kegiatan ini sebenarnya kegiatan yang lumrah dilakukan, namun prosesnya tidak lumrah. Sebabnya adalah melepaskan milik kita adalah hal yang paling susah dilakukan.