Komoditas Menggiurkan yang Memancing Praktik Kriminalitas.
Hal ini kemudian memunculkan praktik kriminal baru. Di provinsi Shaanxi, China, diterima laporan-laporan perampokan makam, hingga kasus pembunuhan.
Mayat menjadi komoditas yang sangat menggiurkan. Jasad dan tulang belulang dari perempuan muda sangat mahal, dan ditaksir mencapai harga 60 hingga 200 juta rupiah.
Pada tahun 2015, setidaknya telah terjadi pencurian 14 mayat perempuan untuk dijual dan digunakan dalam tradisi pernikahan hantu ini.
Modus operandi dari Ma adalah menipu korbannya dengan menjanjikan calon pengantin pria baginya. Malang bagi sang korban, ternyata ia harus menjadi mayat terlebih dahulu, sebelum mendapatkan suami.
Mayat gadis yang dibunuh tersebut kemudian dijual oleh Ma dan kelompotannya dengan harga sekitar 100 juta rupiah. Bukan hanya kelompok Ma saja yang beraksi. Ditahun yang sama, polisi juga mengidentifikasi 12 pembunuhan lainnya dengan motif yang sama.
Bagaimana Dengan Negara Lain?
Pernikahan Hantu adalah tradisi kuno yang dipercayai oleh Masyarakat Tionghoa, namun untungnya praktik ini hanya terjadi di China Daratan saja, khususnya di daerah utara, seperti provinsi Shanzi, dan Henan.
Kebanyakan masyarakat Tionghoa perantauan yang sudah berasimilasi di luar negeri, sama sekali tidak mengenal ritual ini.
Meskipun demikian, ritual ini mengalami sedikit modifikasi dengan tradisi aslinya di daratan China.