Tidak lupa juga, meja altar yang berisikan makanan, minuman, buah segar, serta dupa dan kertas sembahyang sebagai tanda penghormatan.
Perubahan Konsep Pernikahan Hantu di Dunia Modern.
Seiring waktu berjalan, dunia modern tidak menghapus tradisi ini, Malahan, konsep terbaru adalah menikahkan mayat dengan manusia yang masih hidup.
Biasanya, keluarga lelaki yang sudah meninggal, 'membeli' wanita yang masih hidup. Setelah pernikahan berlangsung, sang wanita harus tinggal bersama orangtua lelaki dan tidur di kamar pengantin yang telah disediakan.
Harapan keluarga, agar bilamana hantu anaknya sedang berada di rumah, maka ia tidak akan kesepian, karena sudah memiliki seorang istri.
Praktik ini menjadi terkenal, karena perlombaan status sosial. Orang-orang kaya merasa bangga jika mereka dapat 'membeli' istri bagi mendiang anaknya dengan harga mahal.
Jika tak kunjung mendapatkan jodoh wanita yang masih hidup, lelaki yang masih membujang, bisa juga 'membeli' mayat wanita untuk dinikahkan. Pernikahan hantu bagi mereka menjadi solusi yang terbaik.
Masalah ketidakseimbangan gender menjadi problem sosial yang baru bagi penganut paham ini. Laporan Bio Statistik Nasional China menyebut "jumlah pria di China membengkak menjadi 32,66 juta lebih banyak dibandingkan wanita pada akhir tahun 2017".
Fenomena Pasar Lelang Mayat.
Hal ini menimbulkan fenomena baru, dimana ketika ada kabar mengenai gadis muda yang tengah sekarat, puluhan keluarga bergegas memadati rumah sakit untuk bertarung di pasar lelang mayat.
Keluarga dari gadis yang sedang sekarat juga tidak masalah dengan proses ini. Selain karena sudah umum terjadi, mereka juga berharap uang hasil lelang tersebut dapat digunakan untuk biaya rumah sakit dan keperluan lainnya.
Di pasar lelang, mayat-mayat tersebut dinilai cukup tinggi, mulai dari belasan juta hingga ratusan juta rupiah.